Iya, takut karena dalam sampan yang ditumpangi, sama-sama orang yang belum biasa berselancar dengan sampan. Tak terbiasa bisa terlihat dari cara memegang dayung dan cara mendayung. Yang di depan mendayung ke belakang sementara yang di belakang mendayung ke depan. Ujung-ujungnya, saling mempersalahkan. Ha.... ha.... ha... Kalau melihatnya macam begitu, rasanya lucu sekali.
Berselancar dengan sampan, rupanya menjadi daya tarik juga anak saya. Hal hebat yang saya rasakan, kok anak saya yang tidak biasa naik sampan dan mendayung, kok bisa ya? Bisa mendayung dan bisa menguasai arah sampan.Â
Dalam obrolan diatas sampan, dengan gelid an ketawa, anakku menjawab bahwa ia sering menonton youtobe tentang mendayung sampan. Wahhh, rupanya anakku sudah lebih siap mental untuk berselancar dengan sampan di danau buatan itu.
Bahkan hingga pukul 18.00 wib masih di atas sampan. Karena sudah terlalu sore dan magrib, penjaga sampan pun memanggil untuk pulang. Kami pun pulang ke Bandar sampan.
Dalam perjalanan pulang kembali ke pondokan, anakku dengan tegas dan berkali-kali menyampaikan permintaan bahwa nanti kita datang lagi iya papa... nanti kita datang lagi sambil membawa tali pancing. Biar ikan todak, mulut panjang bisa kita tangkap.
Rupanya kata-kata yang sama diungkapkan anakku ini, diaungkapkan pula berkali-kali kepada mamanya, ibu mertua dan adik ipar. Dalam perjalanan pulang pun, ia masih bersemangat menceritakan kisah menariknya bahwa ia bisa mendayung dan menguasai arah sampan.
Luar biasa menarik yang dirasakan kami sekeluarga. Sayonara Cemara Beach, kami akan datang kembali. ***
Pangkalpinang, 27 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H