Inspirasi tulisan kecil ini berangkat dari Injil Lukas 2:15-20. Teks injil Lukas ini, dibaca pada perayaan Natal pagi, 25 Desember 2021. Teks bacaan Injil ini, dibacakan di seluruh Gereja Katolik pagi ini. Dan pagi ini saya ke Gereja Santa Bernadeth Pangkalpinang, saya pun mendengarkan teks Injil Lukas 2: 15-20 ini.
Di Gereja Santa Bernadeth ini, anak-anak yang berumur di bawah 10 tahun masih belum bisa diizinkan untuk ke Gereja. Bagi orang-orang dewasa pun, masih terbatas, kursi Gereja yang biasanya diisi oleh 7-9 orang, selama pandemi hanya diizinkan sekursi empat orang saja. Sangat terbatas!
Karena pembagian itu, maka semalam isteri ke Gereja dan pagi ini saya yang ke Gereja. Anakku hanya ikut perayaan secara online. Walaupun, anakku merengek untuk ikut ke Gereja pagi ini, pukul 07.00 wib. Tetapi kami tidak mengizinkan, karena permintaan dari satgas Nataru Gereja untuk tidak membawa anak-anak. Dan memang benar, ketika pagi ini saya ke Gereja, saya menjumpai beberapa keluarga ke Gereja membawa anak-anaknya, mereka disuruh pulang ke rumah oleh satgas Nataru.
Warta Malaikat kepada Para Gembala
Malaikat itu utusan Allah. Penginjil Lukas menceritakan bahwa malaikat datang ke tempat para gembala di malam hari, membawa berita sukacita kepada para gembala. Berita sukacita itu, disampaikan kepada para gembala karena mereka itu berdekatan dengan tempat kelahiran Yesus.Â
Tidak hanya itu, tetapi "palungan" tempat Yesus dibaringkan adalah milik domba-domba mereka. Dan karena itu pula, Allah berkendak baik untuk membawa sukacita kegembiraan itu, pertama-tama untuk para gembala dan domba-domba. Melalui berita malaikat yang datang kepada mereka, para gembala pun bergegas berangkat ke tempat lahirnya Yesus.
Para gembala bersama domba-domba ke tempat kelahiran Yesus. Mereka menjumpai Maria, Yusuf, dan Yesus. Mereka melihat Yesus yang sedang berbaring di dalam palungan.Â
Bagi para gembala dan domba, tatapan mereka tertuju kepada Yesus, langsung terkonek, bahwa Yesus adalah sahabat dan teman seperjalanan mereka. Karena kehadiran-Nya melalui cara dan "jalan bersama" mereka.Â
Bagi banyak orang mungkin cara dan jalan yang ditempuh Maria dan Yusuf, yang dikehendaki Allah, merupakan jalan yang tidak manusiawi, bahkan mungkin terbilang jorok.