"Menulis di Kompasiana, bagaimana dan apa manfaatnya" merupakan pengalaman yang menarik dan membahagiakan bagi saya. Kegiatan yang barusan dilaksanakan (4/12/2021) Â via zoom, menghadirkan dua tokoh yang menyenangkan, populis pula. Kang Bugi dari Komunitas Vlomaya dengan banyak pengalaman sebagai seorang peziarah nilai kehidupan. Dan Mas Kamil dari Community Executive Kompasiana, yang giat menjelajahi locus-locus di bumi ini, lewat platform digital.
Zoom ini merupakan peristiwa yang menyenangkan, karena mampu menyatukan Kompasianer dari berbagai daerah di wilayah Indonesia. NKRI, terasa banget! Ha.... Ha..., bahkan yang muda dan yang tua pula, yang ikut dalam zoom itu. Menulis akhirnya tak pandang tua atau muda. Menulis, aktivitas seakan menjadi sebuah kebutuhan. Setara dengan kebutuhan makan dan minum.
Kedua narasumber ini, membagikan pengalaman dari hati yang tulis nan bening apa yang mereka jalani selama ini. Transfer ilmu, tanpa bayar. Membagi ketrampilan tanpa harus berjumpa. Menarik memang!
Kang Bugi dan Mas Kamil, dua narsum yang boleh saya sebut, orang sederhana tetapi pengalamannya hebat. Orang yang peduli dengan literasi di media yang kompeten yang mungkin jarang saya jumpa di lingkungan saya. Dan hebatnya disini, Kompasiana, mampu menyatukan saya dengan teman-teman Kompasianer dengan kedua narsum.
Media Kompasiana, sebuah platform yang menjanjikan. Mengapa media yang menjanjikan untuk Kompasianer? Pertanyaan sederhana ini menjadi hal penting bagi saya untuk dibagikan dalam tulusan kecil ini. Hal-hal penting inilah yang baru saya sadari ketika mengikuti "Menulis di Kompasiana, bagaimana dan apa manfaatnya".
Mengapa media Kompasiana, sebuah platform yang menjanjikan Kompasianer? Inilah alasan-alasan yang saya maksudkan tadi.
 Pertama, sebuah media digital, dengan kehebatan digitalisasi. Dimana, Kompasiana memiliki kemampuan untuk mengakomodir hal penting yang muncul di tengah jagad dunia maya saat ini. Kemampuan itu nampak bahwa Kompasiana berani membentuk interest community (komunitas minat) dan regional community (komunitas regional). Bahkan ke depan akan ada pembagian lagi komunitas-komunitas lain. Komunitas minat misalnya komunitas Vlomaya, Komik, dan lain-lain. Komunitas regional misalnya komunitas Jogja, K-Bandung, Kompal, dan lain-lain. Ini yang saya sebut "Kompasiana a facilitator".
Kedua, sebuah media digital dengan fasilitas yang mampu memberi semangat kepada Kompasianer. Tidak hanya itu, tetapi juga untuk para peminat Kompasiana yang akan bergabung. Fasilitas yang kita kenal dengan bentuk dan model fitur-fitur yang khas pula. Ada fitur Kategori, K-Rewards, Event, Lini Masa, dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas ini, ditampilkan untuk membantu Kompasianer menentukan dan memilih kemana topik-topik tulisan ditampung dan dipublikasikan.
Disinilah pula, segala tulisan Kompasianer terdokumentasikan secara digital. Kompasianer atau siapa saja yang ingin membaca topik-topik yang pernah dipostingkan, akan muncul ketika dicari kembali. Kompasiana melalui fitur ini secara tidak sadar, membantu Kompasianer melihat dan membaca kembali pengalaman yang ditulis dan pernah dipublikasikan di Kompasiana. Kompasiana bagai seorang "arkeolog". Ha... ha.... memang iya ya?! Ya, kecuali topik-topik yang telah dihapus atau diblok oleh Kompasiana karena dianggap tidak memenuhi syarat penanyangan.
Ketiga, sebuah media digital yang memiliki fitur kecerdasan buatan yang disebut artificial intelligence (AI). Kemampuan menghitung berapa banyak Kompasianer melihat dan membaca sebuah artikel. Sehingga crew Kompasiana mengetahui view-view dari setiap postingan tulisan Kompasianer. Dan secara tidak langsung, membantu Kompasianer meningkatkan quality score tulisannya. Ini luar biasa sekali, karena Kompasiana telah masuk dalam nominasi seorang yang jenius (kompasiana a genius). Jenius buatan, hasil rancangan. Ha... ha....!