Situasi Afganistan sejak direbut Taliban, belum pulih. Hari-hari muncul berbagai konflik. Dalam situasi konflik yang bergelora itu, pemerintahan baru dibentuk Taliban.Â
Wajah baru Afganistan dengan bentuk Islamic Emirate of Afganistan, pimpinan Mullah Moh. Hasan Akhund. Mereka berpikir bahwa hak utama dalam mengendalikan situasi Afganistan, ada dipundaknya. Pembentukan pemerintahan baru itu kemudian oleh jurubicara Taliban, Zabihullah Mujahid sebagai pemerintahan baru sementara.Â
Pemerintahan baru sementara artinya masih banyak bidang yang belum menempati pemimpinnya. Dan juga, masih membuka kemungkinan adanya perubahan. Hemat saya, keputusan dalam tindakan ini ya... wajar-wajar saja. Yang menjadi ketidakwajaran ialah ketika wajah baru Afganistan, memunculkan banyak larangan.Â
Larangan untuk perempuan yang akan atau sedang menggunakan haknya, larangan untuk mahasiswa perempuan yang kuliah harus memiliki kelas kuliah tersendiri, dan lain-lain.Â
Hemat saya, semakin banyak menampilkan larangan, semakin besar kemungkinan akan adanya perlawanan atau boikot untuk suatu proses pencerdasan seseorang.Â
Selain menampilkan larangan, konflik antar etnis internal dan perang terbuka di wilayah propinsi Punjshir, menambah permusuhan internal Taliban dan warga Afganistan, bahkan banyak suara ancaman dari negara-negara lain seperti Iran, AS, dan Pakistan.Â
Tidak hanya itu, Pakistan sebagai negara tetangga dekat pun menerima kecaman dari negara lain, karena ulah Taliban. Ancaman ISIS-K di Afganistan, dirasa bukan menjadi musuh utama.Â
Litani-litani Taliban semacam inilah yang sebenarnya, mau mengatakan ke publik bahwa Taliban, kini sedang membangun "rumah di atas angin". "Rumah di atas anggin" yang kini sedang dibangun Taliban dengan model dan bentuk yang belum matang. Mungkinkah bentuk dan model "rumah di atas angin" yang kini sedang dibangun Taliban, masih dapat berubah?Â
Rasanya, sangat sulit. Mengingat, Taliban telah mengambil sikap dasar bahwa "rumah di atas angin" yang berkomunitas muslim Sunni yang kini sedang dibangun memiliki fondasi bersyariat Islam dengan bahasa utama Pashto.Â
"Rumah di atas anggin" yang begitu inklusif. Saking inklusif, Iran mengumumkan kepada publik, untuk meminta dunia internasional tidak gegabah mengakui kemerdekaan Taliban di Afganistan. Alasannya, karena pemerintahan baru masih sementara dan kemerdekaan Afganistan karena melawan pemerintahan sah Afganistan.
Tipe, bentuk, dan model bangunan yang inklusif semacam ini, rentan akan bahaya-bahaya, baik bahaya dari dalam maupun bahaya yang datang dari luar. Konsep modernisasi rasanya jauh dari harapan.Â