Kata "keterpisahan" bermakna lepas dari alam. Juga mengambil jarak dari dunia sekitarnya. Selain itu, "keterpisahan" menunjukkan mau menjadi otonom atas dirinya sendiri. Makna terakhir ini rasanya tidak mungkin karena bertentangan dengan esensi dasar manusia itu sendiri.
Manusia diberikan akal budi. Sehingga ia mampu untuk menyadari dirinya, sesamanya dan lingkungan hidupnya. Kemampuan ini memungkinkan manusia menggali dirinya, menemukan keberadaannya, memaknai hidupnya sebagai sebuah sejarah (homo historia).
Dalam perjalanan untuk menenun dan merajut dirinya dan hidupnya, "keterpisahan" menjadi soal dasar membangun diri dan dunia sekitarnya.
Dan pengalaman "keterpisahan" menimbulkan kegelisahan. Dalam arti ini "keterpisahan" adalah tidak berdaya, tidak mampu mengerti lingkungan sekitarnya bahkan orang-orang yang ada disekitarnya.Â
"Keterpisahan" yang menggelisahkan itu membuat dirinya tercabut dari eksistensi kehadirannya. Dirinya seakan terlempar keluar dari dunia lain dan seakan akan pula hadir ditengah samudra raya. Hanya dialah yang mampu mengarungi lautan lepas dan berani menghadapi badai.
Dalam situasi terjepit itu "keterpisahan" yang menggelisahkan itu rasanya dibutuhkan sikap penyatuan antara fisik dan psikis, pikiran dan aksi, kekuatan berpikir dan naluri berbuat, diseimbangkan.Â
Dalam kondisi manusia demikian, ada tiga karakter manusia ini yang harus dipegang, yaitu berani, kuat dan bahkan begitu dashyat; berani dan kuat itu ada dalam seluruh kepribadian-melekat erat; dan biasanya kondisi itu muncul sementara bahkan bergelombang.Â
Manusia yang sedang menyejarah itu menemukan keutuhan dirinya bukan karena kesendirian. Dia hanya memiliki kekuatan yang dashyat dan keutuhan dalam dirinya sebagai modal dasar mendobrak "keterpisahan" yang menggelisahkan itu.
Lautan lepas yang diarunginya menjadi sahabat reflektif yang menemukan jati dirinya. Usahanya untuk menjumpai orang lain adalah tujuannya. Karena "keterpisahan"nya ialah keterpisahan dari makna sejarahnya bersama orang lain.
Sementara menjumpai orang lain berarti menemukan tujuan hidupnya. Disinilah penyatuan diri dari keterpisahan bukan lagi menggelisahkan namun menghadapi makna keberadaan yang penuh.