Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritus Lewolema Mengusir Virus Corona

10 April 2020   11:50 Diperbarui: 10 April 2020   12:14 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lewolema adalah salah satu kecamatan di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten Flores Timur. Kecamatan ini mekar tahun 2006 dari Kecamatan Tanjung Bunga.  Lewolema terdiri dari dua kata yaitu kata lewo yang artinya kampung dan kata lema yang artinya lima. Lewolema, dialek Lamaholot, bahasa daerah di Flores Timur. Maka secara harafiah Lewolema berarti lima kampun, yaitu Bantala, Painnapan, Sinar Hading, Baluk Heran, dan ike Padung. Dengan menjadi sebuah kecamatan maka ditambah lagi dua desa yaitu Lewobele dan Riang Kotek. 

Desa-desa di kecamatan ini saling berdekatan baik secara teritorial maupun secara sosial budaya. Kehidupan masyarakatnya begitu kental dengan tata cara adat istiadatnya. Hidup secara komunal masih tetap dijaga dan diperjuangkan selama ini dari satu generasi ke generasi berikutnya. Walaupun pengaruh-pengaruh dari luar seperti media massa dan gerak arus urbanisasi tak terelakkan dewasa ini. 

Ketika kawasan Indonesia mulai terhembus virus corona hingga pada saat ini, masyarakat Lewolema pun ikut merasakan dan mengungkapkan rasa keprihatinannya dengan berbagai cara. Salah saru  cara yang mungkin tidak lazim ialah dengan melakukan ritual adat "loko lapak lewotana". Sebuah upacara adat untuk melindungi anggota masyarakatnya dari penetrasi virus corona. Upacara ini dilakukan oleh tua-tua adat. Tua-tua adat berkumpul lalu melakukan ritual menolak segala kejahatan dari luar dan sekaligus membersihkan situasi Lewotana. Misalnya masyarakat Sinar Gading melakukan upacara adat menolak virus corona di rumah adat, korke di kampung lama pada tanggal 28 Maret 2020 yang lalu.

Upacara-upacara yang sama juga dilakukan di kampung-kampung lainnya. Biasanya setelah upacara itu dilakukan seluruh masyarakat di kampung itu, terkirim, tidak keluar dari rumah untuk kemana-mana termasuk tidak ke kebun, sebagai tempat mempettahankan hidupnya. Kurungan terhadap anggota masyarakat ini 3-5 hari. Setelah itu akan dilajukan upacara pemulihan kembali. 

Hebatnya dari upacara adat ini ialah anggota masyarakat benar-benar taat dan patuh terhadap makna kedalaman sebuah ritual tersebut. Mengurus diri, keluarga dan tidak kemana-mana , dipandang sebagai keselamatan bersama. Nilai sosialitas dan kekeluargaan sebagai penjaga dan penyelamat struktur sosial budaya masyarakat adalah prinsip bersama ketahanan masyarakat sosial.

Lockdown yang lagi ngetrend dewasa ini ditaati dan dijaga masyarakat. Physical distancing diperhatikan masyarakat. Karena mereka sadar bahwa sarana prasarana dan tenaga medis di tengah tengah mereka belum banyak tersedia ketika terkena virus yang satu ini. Maka cara inilah yang mereka jalankan bersama demi untuk keselamatan sosial dan menjaga kredibilitas Lewotana. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun