Mohon tunggu...
Alfi Zahri
Alfi Zahri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"I feel like the possibility of all those possibilites being possible is just another possibility that can possibly happen"; mark lee

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pertumbuhan Ekonomi Aceh Meningkat Namun Masih Berada di Posisi Keempat Terendah

4 Juni 2024   20:56 Diperbarui: 4 Juni 2024   21:20 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara bersama bapak Dr. Muhammad Zulhilmi, S.Ag., M.A.,/dok. pri

            Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Aceh pada tahun 2023 mengalami peningkatan menjadi 4,23 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang mencapai 4,21 persen. Meskipun pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami peningkatan, provinsi ini masih menempati posisi terendah ke-4 di Indonesia.  

        Data dari BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2023 dipengaruhi oleh sektor migas yang tumbuh sebesar 1,43 persen dan sektor non-migas yang tumbuh sebesar 1,07 persen (q-to-q). Selain faktor migas, pertumbuhan ekonomi Aceh juga dipengaruhi oleh sektor industri, energi, dan transportasi. Namun, meskipun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, Aceh masih dihadapkan pada tantangan kemiskinan dan ketimpangan.

        Dr. Muhammad Zulhilmi, S.Ag., M.A., seorang dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry, mengungkapkan pandangannya terkait kondisi ekonomi Aceh. Menurutnya, penting untuk memahami bahwa ekonomi melibatkan pemanfaatan aset secara produktif untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, di Aceh, ada masalah dengan produktivitas aset yang menyebabkan keterbelakangan ekonomi.


          "Wajar bagi Aceh mengalami hal tersebut dikarenakan ekonomi itu adalah aset, di negara berkembang pun begitu, yang bekerja adalah aset bukan orang, asetnya di produktivitas luar biasa, sehingga dari aset itu mendapatkan manfaat yang signifikan terhadap kehidupan mereka. Sebaliknya di Aceh, asetnya ada tapi semua aset diam tidak bekerja dan pemilik aset membiarkan aset tidak berfungsi tapi dia mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendapatkan pendapatan di tempat lain dan membiarkan aset mereka tidak terpakai" ujarnya.


          Zulhilmi menggambarkan banyak aset yang tidak di manfaatkan dengan baik, seperti pekarangan rumah yang tidak terawat karena tidak dimanfaatkan secara produktif oleh masyarakat sebab terlalu fokus pada pekerjaan yang kurang menguntungkan. Selain itu, banyak pula masyarakat yang lebih gemar berdiskusi di pos kamling atau warung kopi, tetapi realitasnya kurang mendukung.

         Kesenjangan ekonomi di Aceh semakin terasa karena penduduk setempat belum memanfaatkan secara optimal potensi industri sumber daya alam. Banyak bahan mentah diekspor dari daerah tersebut, menyebabkan nilai tambah ekonomi tidak maksimal. Statistik menunjukkan bahwa sektor minyak dan gas, yang hanya menyumbang 28% dari PDB regional, masih menjadi andalan utama dalam ekspor provinsi, dengan lebih dari 90% ekspor berasal dari sektor tersebut. Kendati begitu, Aceh juga dihadapkan pada tantangan infrastruktur yang terbatas dan tingkat investasi yang rendah, menghambat pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.

          Dengan demikian, rendahnya kesadaran dan produktivitas masyarakat Aceh menjadi faktor utama yang menyebabkan keterbelakangan ekonomi di daerah tersebut, meskipun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan masih menjadi masalah yang harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat.

          Zuhilmi juga berharap kedepannya ekonomi Aceh dapat naik lagi lebih tinggi dengan adanya kesadaran dan produktivitas dari masyarakat dan pemerintah agar memanfaatkan aset-aset potensial seperti lahan kosong sebagai sektor pertanian, pengem industri dan pemanfaatan pariwisata menjadi salah satu sarana peningkatan perekonomian di Aceh.

           "Tugas kita sekarang adalah bagaimana menyadarkan masyarakat untuk lebih produktif dalam meningkatkan pendapatan sehingga Aceh tidak lagi tertinggal," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun