Film Microhabitat (2017) karya Jeon Go-woon, seorang sutradara asal Korea Selatan, adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang pilihan hidup, nilai-nilai yang dipegang teguh, dan perjuangan melawan arus sosial yang sering kali menuntut kita untuk mengorbankan kebahagiaan demi stabilitas. Dengan narasi yang sederhana namun penuh makna, film ini menghadirkan pertanyaan mendasar: Apa yang sebenarnya kita butuhkan untuk merasa hidup?
Tokoh utama dalam Microhabitat adalah Mi-so (Esom), seorang wanita berusia 30-an yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Mi-so menjalani hidupnya dengan cara yang tidak konvensional. Dia lebih memilih mempertahankan hal-hal kecil yang membuatnya bahagia---seperti rokok, segelas wiski, dan kebebasan---daripada mengikuti norma sosial tentang pekerjaan mapan atau kepemilikan rumah.
Ketika harga rokok dan minuman keras meningkat, Mi-so membuat keputusan yang berani: dia memilih untuk meninggalkan apartemennya dan tinggal berpindah-pindah di rumah teman-teman lamanya. Perjalanan ini tidak hanya memperlihatkan bagaimana Mi-so bertahan, tetapi juga mengungkap cerita-cerita teman-temannya, yang mencerminkan tekanan dan kompromi yang dihadapi masyarakat Korea modern.
Jeon Go-woon menggunakan Mi-so sebagai medium untuk mempertanyakan konsep kebahagiaan yang sering kali diukur dengan kesuksesan material. Dalam salah satu dialognya, Mi-so berkata:
"Aku tidak membutuhkan banyak uang. Aku hanya membutuhkan cukup untuk menikmati apa yang kusuka."
Pernyataan ini mencerminkan filosofi hidupnya yang sederhana namun sangat bertolak belakang dengan norma kapitalisme yang dominan. Dalam dunia di mana orang sering kali mengorbankan mimpi demi stabilitas finansial, Mi-so memilih untuk tetap setia pada hal-hal kecil yang membuat hidupnya bermakna.
Microhabitat juga berfungsi sebagai kritik halus terhadap realitas sosial Korea Selatan, di mana tekanan untuk sukses sering kali menimbulkan alienasi. Teman-teman Mi-so, meskipun tampaknya memiliki kehidupan yang lebih "stabil," masing-masing menyimpan rasa kecewa, penyesalan, atau kehilangan identitas.
Jeon Go-woon secara cerdas menggunakan gaya sinematografi minimalis untuk menyoroti kontras antara dunia Mi-so yang sederhana namun bebas dengan kehidupan teman-temannya yang lebih "mewah" namun terbelenggu.
Microhabitat adalah film yang mengingatkan kita bahwa makna hidup tidak ditemukan dalam pencapaian besar, tetapi dalam kebebasan untuk menikmati hal-hal kecil yang kita cintai. Dengan karakter yang relatable dan cerita yang menyentuh, film ini berhasil memotret bagaimana seseorang dapat memilih kebahagiaan di tengah tuntutan dunia modern.
Sebagai penutup, Microhabitat meninggalkan pesan kuat tentang keberanian untuk menjalani hidup sesuai dengan prinsip kita sendiri. Dalam salah satu momen paling mengharukan, Mi-so berkata:
"Aku tahu hidupku berbeda, tetapi aku bahagia dengan pilihanku."