Mohon tunggu...
Alfiya Mala
Alfiya Mala Mohon Tunggu... Ilmuwan - MAHASISWA

IR Student, University of Darussalam Gontor, Jakarta residents

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pujian Abu Bakar As-Shidiq Terhadap Kaum Anshar: Bukti Soft Diplomasi Islam

2 November 2019   02:55 Diperbarui: 2 November 2019   03:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wafatnya Rasulullah SAW pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H membuat goncangan yang sangat besar terhadap kaum Muslimin. Ibarat manusia yang kehilangan jantung, kaum muslimin sangat terpuruk atas hilangnya seorang pemimpin agama dan negara, komando tertinggi militer, hakim paling tinggi, teman, sahabat sekaligus petunjuk bagi para pengikutnya. Dengan demikian tidak mengherankan jika para sahabat dilanda rasa bingung.

Tidak ada seorang pun yang berhak menggantikan posisi Rasulullah sebagai Nabi, sebab risalah yang dibawanya merupakan nubuwah terakhir dari sejarah kenabian. Akan tetapi amanah Rasulullah sebagai kepala negara harus dilanjutkan tanpa adanya jeda waktu.

Saat seluruh masyarakat Madinah tenggelam dalam keterpurukannya, kaum Anshar mengadakan pertemuan secara mendadak guna membahas kepemimpinan setelah Rasulullah SAW. Mereka yang berkumpul saat itu menetapkan Sa'ad bin Ubadah yang sedang berbaring sakit di pojok ruangan sebagai pengganti Rasulullah sebagai pemimpin mereka.

Kaum Anshar berfikir jika terpilihnya pimpinan Bani Khazraj tersebut sebagai bentuk  balasan atas jasa kaum Anshar yang telah membantu Rasulullah berhijrah ke Madinah. Sedangkan di tempat yang berbeda, ketika mayat Rasulullah hendak di kuburkan, para sahabat mendengan kabar, bahwa Kaum Anshar mengadakan pertemuan guna memilih pengganti Rasulullah sebagai kepala pemerintahan.

Salah satu sahabat terdekat Rasulullah, Abu Bakar As-Shidiq tersadar bahwa hasil dari pertemuan Kaum Anshar tersebut akan menciptakan perpecahan antar kaum Muslimin. Abu Bakar sadar bahwa kaum muslimin hanya membutuhkan satu pemimpin pengganti Rasulullah sebagai kepala dari berbagai suku yang beragam. Maka pergilah Abu Bakar ditemani dua sahabat lainnya yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah ke tempat pertemuan Bani Sa'idah tersebut. Saat ketiga sahabat itu masuk, kaum Anshar baru saja menyelesaikan pilihannya terhadap Sa'ad bin Ubadah yang kemudian mengumandangkan sumpah setianya.

Dengan pembicaraan yang pendek, namum menyimpan makna yang sangat kuat, Abu Bakar memperingati kaum Anshar akan realitas sosial dan keterbatasan situasi. Abu Bakar dengan sangat hormat, menghargai pengabdian mereka untuk dakwah Islam, pengabdian mereka menjalakan tugas-tugasnya, lalu dedikasi mereka kepada Rasulullah SAW. Namun Abu Bakar juga menyatakan dengan terus terang bahwa orang-orang Arab tidak akan patuh kepada pimpinan selain dari Bani Quraisy.

Menurut Afzal Iqbal dalam bukunya yang berjudul Diplomasi Islam menyatakan bahwa kepercayaan yang diberikan kepada Abu Bakar sebagai juru bicara kaun Muslimin sangatlah tepat. Integritasnya diakui dan tak ada yang mencelanya. Ketulusan hati dan kejujuran memancar dari diri Abu Bakar seta kefasihanya dalam mengutarakan argumen-argumennya telah dapat merubah pandangan orang-orang Madinah yang harir pada saat itu.

Setelah itu terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah setelah Rasulullah SAW. Krisis pertama yang menimpa umat Islam telah sukses terselesaikan dengan jalur negosiasi.

Sumber:

Iqbal. Afzal. 2000. Diplomasi Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun