Dewasa ini media disibukkan oleh virus yang bernama corona. Hampir populasi manusia diseluruh muka bumi ini lenyap karena ulah virus yang satu ini. Tercatat sudah tersebar ke lebih dari 90 negara di dunia, dengan menembus angka 102.257 kasus positif terinfeksi. Termasuk Indonesia, dikabarkan dari pemerintah menetapkan dua kasus lagi positif corona, yang sebelumnya hanya dua orang saja. Diduga keduanya diketahui pernah melakukan kontak langsung dengan pasien yang telah ditetapkan positif sebelumnya.
Bukan corona yang kutakutkan, tapi hilangnya iman karena lebih takut kepada ciptaan daripada Sang penciptanya. Corona datang mengusik ketenangan. Membuat semua orang panik, semua negara bangkrut, semua pemimpin ketakutan dan bisnis berantakan. Cina dibuat terpuruk karenanya, saudi rela kehilangan pemasukan negara karena menutup umroh, para artis di korea selatan berbondong-bondong menginvestasi harta demi membantu negaranya yang kuwalahan. Amerika, Singapura, bahkan Indonesia dilanda kepanikan.
Namun yang masih menjadi perhatian adalah bagaimana cara kita untuk bisa terhindar dari makhluk ganas ini. Dari mulai memborong masker, menyetok persediaan bahan pangan, beli kuota agar betah dirumah, dan lain-lain. Tapi lupa bagaimana persiapan bathin kita yang selama ini tak kalah lemahnya untuk perlu diperhatikan.
Yang kutanyakan, apa yang kau takutkan? Bukankah Allah Sang Maha Pencipta telah mendesain tuntas tentang diri ini? Bukankah Dia Sang Maha mengetahui bagaimana keadaan kita saat arwah tak lagi bersemayam? Bukankah telah ditetapkan kapan dan dalam keadaan seperti apa saat diri kita dicabut nyawa? Lantas, mengapa harus dikhawatirkan?
Yang seharusnya kita persiapkan lebih utama adalah bagaimana kesiapan kita menghadapi hari terakhir di dunia ini, menuju alam yang lebih kekal setelahnya. Tidak ada yang tau kapan dan bagaimana keadaan kita saat nyawa ditarik dari raga, namun kita bisa mengusahakannya agar peristiwa tersebut indah untuk kita lewati.Â
Tak penting apakah orang tersebut meninggal dalam keadaan terkena virus corona atau tidak, dalam lingkungan banyak terinfeksi corona atau tidak. Karena memang itulah takdir yang digariskan untuknya. Jadi, jangan salahkan virusnya. Jangan tanyakan, apakah dia meninggal karena virus? Karena bisa jadi orang tersebut meninggal karena penyakit lain yang sudah lebih lama mengidap didalam tubuhnya. Yang harus menjadi bahan renungan adalah, kita tidak pernah tau kapan dan bagaimana keadaan kita saat menjemput maut.
Terkena atau tidaknya kita dengan virus ini adalah sudah ditetapkan oleh-Nya. Allah 'azza wajalla telah mentakdirkan siapa saja yang akan terkena virus ini. Sebagai umat muslim, saya sangat meyakini bahwa siapapun yang senang dan merindukan perjumpaannya dengan Allah, maka Allah pun akan senang dan rindu pula untuk bertemu dengannya, bagitupun sebaliknya.Â
Memikirkan bagaimana dan dalam keadaan apa kita nantinya saat akan bertemu dengan-Nya, memang sudahlah mesti harus sama-sama kita persiapkan. Takut karena belum memiliki persiapan yang matang, boleh-boleh saja, karena hal itu merupakan naluri manusiawi. Namun jika yang ditakutkan adalah ketidakinginannya untuk melepas dan meninggalkan dunia ini karena kecintaan terhadapnya, maka hal ini yang membuat-Nya murka. Jadi, apa yang kamu takutkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H