Mohon tunggu...
Dwi Alfiyatul Maulinah
Dwi Alfiyatul Maulinah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019 (190402080004)

Sedang berproses 🌹

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untaian Aksara

2 Maret 2021   18:20 Diperbarui: 2 Maret 2021   18:49 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan di awal tahun masih setia mendatangi kota dingin ini, hampir setiap hari hujan turun tanpa bisa diprediksi kapan hujan menghampiri. 

Hari ini masih sama seperti hari-hari kemarin, hujan turun dengan lebatnya membasahi pepohonan dan semua yang ada. Ada seorang gadis yang sangat menyukai hujan, setiap hujan turun gadis itu akan keluar rumah dan duduk diteras hanya untuk menikmati dinginnya udara yang dibawa oleh hujan. 

Sore ini juga begitu, gadis itu duduk diteras dengan di temani secangkir teh hangat dan laptop. Hujan selalu memberikan inspirasi untuk gadis itu, inspirasi yang harus dituangkan didalam tulisan pribadinya.

Penulis hujan, mungkin karena setiap tulisan yang gadis itu buat selalu berkisaran dengan hujan. Hujan yang dapat menghapus segala kesedihan atau hujan yang hadir membawa kenangan. Kenangan yang indah yang selalu mengukir senyum dibibir atau kenangan yang seharusnya terhapus dari memori hati.

Gema rintik hujan yang jatuh menjadi musik yang merdu sangat merdu menenangkan hati setiap telinga yang mendengarnya. Bau tanah yang begitu khas selalu memanjakan indera penciuman setiap insan yang membauinya. Semilir angin berhembus sangat lembut membelai pipi merah itu menerbangkan anak-anak rambut legam berkilau.

Gadis itu menyeruput teh yang ada di atas meja sekaligus merenggangkan otot jari-jari tangannya agar siap untuk menari diatas laptop kesayangannya, berdiam diri sebentar menikmati tetesan-tetesan hujan yang jatuh. Jari-jari lentik itu kembali berdansa diatas laptop itu untuk kembali merangkai untaian-untaian aksara yang indah.

Cukup puas menuangkan untaian aksara-aksara, gadis itu menyesap teh yang mulai dingin itu, mematikan laptop dan menutupnya. Berjalan mendekati hujan lalu menegadakan tangan menikmati setiap sentuhan tetes-tetes hujan yang membasahi tangan lentik itu. Hujan selalu menenangkan, gadis itu berbalik mengambil laptop dan berjalan masuk kedalam rumah, untuk hari ini cukup. Semoga hujan kembali lagi di waktu yang tepat.

Malang, 02 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun