Beberapa hari yang lalu kita telah memasuki bulan Muharram 1440 H, artinya kita sebagai umat muslim baru saja merayakan tahun baru Islam. Hari demi hari kita rasakan berlalu begitu cepat. Di Indonesia, meskipun sebagai negara yang memiliki populasi muslim terbanyak di dunia, namun pada kenyataannya negara ini justru menggunakan kalender masehi. Sehingga, tahun baru Islam yang menggunakan perhitungan kalender hijriyah justru kurang diperhatikan.
Penggunaan kalender masehi yang lebih akrab ditelinga penduduk Indonesia membuat banyak sekali hal-hal yang dikaitkan dengan sistem penanggalan tersebut. Misalnya adalah penetapan hari libur, hari ulang tahun, hari pernikahan, dan lain sebagainya. Namun, kita sebagai manusia yang dibekali dengan akal sehat untuk berpikir, ada beberapa hal yang hendaknya patut untuk kita renungkan terkait dengan penanggalan hijriyah.
Pertama, hendaknya kita bersyukur atas umur yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Bertambahnya usia merupakan suatu kenikmatan yang sangat agung. Tidak jarang orang-orang menerka-nerka sampai kapan mereka akan diberi kesempatan untuk menghirup udara dan menikmati indahnya dunia ini.Â
Ada yang membandingkan usia mereka kelak dengan usia hidupnya Rasulullah SAW yaitu 63 tahun. Sehingga kebanyakan orang yang berfikir demikian akan cenderung lebih merasa aman dan santai bahkan sampai menunda untuk melakukaan amal kebaikan. Padahal, usia adalah sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh Alah SWT.
Kedua, hendaknya kita mengintropeksi diri kita karena hal ini merupakan sesuatu yang sudah menjadi keharusan bagi kita. Karena ketika ajal tiba-tiba datang menjemput kita , saat itu hanya iman dan amal kebaikanlah yang bisa membantu kita.
Ketiga, penanggalan hijriyah merupakan tolak ukur penanggalan ibadah kita sebagai umat muslim, diantaranya adalah : penetapan idul fitri dan idul adha, penetapan awal dan akhir puasa, wukuf, ayyamul bidh', dan lain-lain. Masih banyak diantara kita yang kurang memperhatikan sistem penanggalan ini, sebab kebanyakan dari kita cenderung menganggap hari istimewa bukanlah hari jum'at (penanggalan hijriyah) melainkan hari minggu (penanggalan masehi).
Keempat, bulan Muharram adalah salah satu diantara empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pada bulan inilah Allah SWT melarang umat muslim untuk berperang. Dalam bulan Muharram, umat muslim dianjurkan untuk berpuasa sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : "puasa yang paling utama setelah puasa di bulan ramadhan adalah puasa di bulan Allah (Muharram). Sedangkan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam (qiyamul lail)".Â
Di bulan ini juga terdapat satu hari yang disebut sebagai Yaumul Asyura, yang memiliki arti sepuluh. Artinya pada tanggal sepuluh bulan Muharram Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya untuk melakukan puasa asyura. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah RA : "Aku berharap kepada Allah dengan puasa asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya "
Bulan Muharram merupakan penanda awal dari dimulainya penanggalan hijriyah, karena bulan Muharram merupakan bulan yang mulia, maka artinya Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa melangkahkan kaki menuju kepada hal-hal yang bersifat positif dengan cara yang dibernarkan oleh syari'at pula. Karena sejatinya amaliyah-amaliyah yang baik tidak hanya bisa kita lakukan pada awal tahun baru hijriyah saja, melainkan bisa kita lakukan secara terus menerus sepanjang tahun.
Jika memang demikian, maka marilah kita gunakan momentum tahun baru hijriyah ini sebagai batu pijakan bagi kita untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri kita. Memperbaiki apa yang luput di masa lalu sebagai bahan evaluasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga momentum tahun baru Islam kali ini tidak hanya menjadi saat-saat pergantian tahun yang seolah-olah tidak ada artinya dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H