Masjid Aruanwar Jami terletak di Jalan Laksamana Malhayati 100, Desa Pesawahan, Kota Bandar Lampung Kecamatan Teluk Betung Selatan. Lokasi Masjid Jami Al-Anwar sangat strategis dan mudah diakses dari seluruh wilayah Bandar Lampung. Sebelum menelusuri sejarah Islam di Lampung, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu arti dari nama Masjid Jami Al-Anwar.Â
Jami berasal dari bahasa Arab yang berarti mengumpulkan atau mengumpulkan, dan Al Anwar berarti berkilau atau bersih. Jika digabungkan, memiliki makna yang sangat indah dan merupakan perkumpulan yang paling cemerlang. Nama ini dibuktikan dengan terangnya Masjid Jami Al-Anwar dalam pencarian dan penyebaran agama Islam di Lampung.Â
Masjid Jami Al-Anwar mendapat julukan masjid tertua di Bandar Lampung, julukan tersebut bukan tanpa dasar karena telah terdapat banyak kajian mendalam mengenai masjid ini yang menyebutkan bahwa pada tahun 1839 Kyai Mohammad Soleh yang didukung oleh Tumenggung Mohammad Ali dan masyarakat setempat mendirikan masjid ini.Â
Dahulu masjid ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan di Bandar Lampung, khususnya di wilayah Teluk Betung. Oleh karena itu, masjid ini terkenal hingga penjuru Bandar Lampung.
Jika ditelusuri mengenai asal usul keluarga yang mendirikan masjid ini, memang merupakan orang-orang yang menguasai ilmu agama Islam. Keluarga tersebut berasal dari Bone, Sulawesi Selatan yang bernama Daeng Muhammad Ali beserta dua orang sepupunya masing-masing bernama Kyai Hi. Muhammad Soleh dan Hi. Ismail, keduanya dikenal sebagai orang menguasai ilmu agama Islam sedangkan Daeng Muhammad Ali memiliki ilmu yang tinggi (sakti). Kyai Mohammad Soleh, yang berprofesi sebagai pemuka agama, berperan besar dalam menyebarkan agama Islam di Bandar Lampung.Â
Kai Mohammad Sole tidak hanya seorang bupati, tetapi juga berdakwah di Masjid Jamial Anwar. Saat itu, beliau berdakwah terutama di Kecamatan Teluk Betung Selatan. Kyai Mohammad Soleh mengajarkan ilmu agama Islam di rumahnya.Â
Seiring berjalannya waktu, jumlah murid Kyai Mohammad Soleh dari Banten, Palembang, Aceh, Murray, dll semakin bertambah. Saat itu, pengajian dipindahkan ke Masjid Jami Al-Anwar. Ketika masuk Islam orang, tidak jarang dilakukan di Masjid Jami Alanwar.
Hingga akhirnya perjuangan Kyai Mohammad Soleh harus terhenti karena pada tahun 1885 beliau meninggal dunia. Upaya penyebaran agama Islam dilanjutkan oleh murid-muridnya yang berpusat di mushola.Â
Kyai Mohammad Soleh dimakamkan di kaki Gunung Kunyit atau Gunung Seri. Makam Kyai Mohammad Soleh dikenal dengan sebutan Keramat Datuk Puang. Masjid Jami Al-Anwar yang didirikan pada tahun 1839 menunjukkan bahwa umat Islam mulai berkembang di wilayah Lampung, khususnya di Teluk Betung, selama periode ini.Â
Dihancurkan oleh letusan gunung berapi pada tahun 1883, tetapi rekonstruksi Masjid Jami Al-Anwar tetap berada di lokasi yang sama pada tahun 1888 menunjukkan bahwa Islam berkembang sangat cepat di Teluk Betung.Â
Setelah kerusakan parah, umat Islam dapat pulih dengan cepat dan membangun masjid permanen untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka. Kehadiran Masjid Jami Al-Anwar paling terasa pada masa perjuangan kemerdekaan melawan penjajah.Â
Masjid Jami Al-Anwar digunakan oleh Laskar Hizbullah dan Sabilillah sebagai pusat pengembangan spiritual untuk membangkitkan semangat Jihad melawan penjajah saat itu. Sebagai sarana ibadah bagi umat Islam, Masjid Jami Al-Anwar terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H