Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Enakan Dibayar Per Jam atau Dibayar Sesuai Target?

14 Oktober 2020   01:20 Diperbarui: 14 Oktober 2020   01:28 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak masalah dibayar hitungan jam, yang penting ada pemasukan, dari pada tidak ada sama sekali.

Para karyawan di Indonesia rata-rata masih digaji bulanan. Jadi terkadang yang sering izin tidak masuk karena kepentingan keluarga, cuti kerja, atau sakit, masih bisa mendapatkan penuh gajinya.

Digaji per jam dengan di gaji sesuai hasil yang diperoleh itu beda. Kalau gaji sesuai hasil yang diperoleh ini misalnya bagian produksi atau marketing. Jadi di target sekian, berapapun jam kerjanya tetap akan dibayar sesuai hasil kerja.

Sedangkan gaji per jam ini terkadang tidak melihat hasil, namun dihitung sesuai jam kerja. Ada atau tidaknya hasil terkadang tidak dipermasalahkan, yang penting attitude waktu kerja saja yang sesuai.

Minusnya jika digaji per jam ini terkadang karyawan kinerjanya sengaja dibuat lambat, agar jam kerjanya bisa nambah dan bertambah pula ongkos tenaganya.

Ada satu pengalaman dimasa lampau ketika bekerja di suatu Restoran ternama milik keluarga. Sistem managementnya "Clan" atau kekeluargaan. Namun untuk sistem penggajian dibayar hitungan jam. 

Jadi ada suatu bahan makanan yang perlu di olah atau persiapkan terlebih dahulu sebelum dijual. Makanan tersebut bukan cuma satuan atau puluhan tapi jutaan biji. Faktor kecepatan yang dinilai dalam membuat bahan makanan ini.

Awalnya owner memberikan hitungan gaji per jam. Misalnya saja per jam dibayar Rp 50.000. Start membuat bahan makanan jam 6 pagi selesai jam 12 siang. Sehingga yang di dapat sudah Rp 300.000.

Namun lama-kelamaan karyawannya mulai memanfaatkan waktu karena dibayar per jam. Harusnya selesai jam 12 siang jika start jam 6, tapi terkadang diperlambat hingga jam 1 atau 2 siang untuk menambah pendapatan karyawan itu sendiri. Sehingga owner pun menghapus sistem per jam tersebut, dan mengubahnya menjadi sistem target yang dianggap lebih efektif.

Menurut saya digaji per jam itu sah-sah saja untuk dikembalikan pada sang pengusaha kemampuannya sebagaimana untuk mengatur sistem managementnya. Hanya budaya Indonesia sudah terbiasa dengan sistem gaji bulanan, sehingga untuk mengubah budaya organisasi atau hal-hal yang sudah berjalan sejak lama akan susah untuk dijalankan.

Biasanya sistem gaji per jam, kadang juga sistem harian ini kebanyakan yang menjalankan adalah UMKM kecil atau berkembang. Sedangkan untuk perusahaan yang cukup atau lumayan besar kebanyakan sistem penggajiannya tetap bulanan, atau bisa mingguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun