Mohon tunggu...
Alfi Pangest
Alfi Pangest Mohon Tunggu... Pendidik -

Pembelajar, pekerja sosial, penikmat buku, penggiat pendidikan, pecinta seni dan budaya, desain, serta sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Pemuja Rahasia

8 Oktober 2010   15:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berbahagialah kau di sana,
dengan mereka yang kau cinta,
dan mereka yang cinta kau,
akhir cerita ini, tetap seperti dulu,

bukan tentang aku,
yang seperti ini adanya,
dan tak bisa menerima apa adanya,
serta tak bisa memberi bahagia,

bukan tentang dirimu,
yang sedang terjatuh dan sulit tuk berpacu,
yang ceria dan kini berjudi dengan waktu,
yang bahagia tapi kini diam membisu,

ini tentang cerita ini,
yang awalnya tak terduga,
dan akhirnya tetap sama,
membawa duka,

karena kau tahu ku takkan bisa,
karena aku tahu bukan aku yang tepat di sana,
karena aku tahu aku tak seharusnya di sana,
karena kau tahu tempat itu bukan untukku,
karena aku tahu tempat itu bukan untukku,
tempat itu bukan untukku,

di sinilah tempatku,
di balik dinding pecundang,
di samping tirai rahasia,
jauh dari peradaban manusia,

bagaimana bisa pemuja jadi pecinta,
bagaimana bisa pengagum jadi pecinta,
bagaimana bisa aku pernah berfikir bisa jadi pecinta,
pikiran tolol tanpa logika,

memang ada manusia yang sangat dicinta,
dipuja dan dikagumi manusia lainnya,
dikasihi dan disayangi dengan seksama,
dan memang ada manusia yang tak bisa dicinta,
memuja dan mengagumi tanpa bisa merasakannya,
mengasihi dan menyayangi tanpa pernah menerima,

karena aku pun tahu aku tak mampu,
tak pernah akan mampu,
dan memang tidak ditakdirkan mampu,
seakan menjawab takdirku sendiri,
melewati hari penuh sepi tanpa dicintai,
dan mengarungi hidup tanpa hati,

biarlah sang pengagum ini berkelana lagi,
meninggalkan jutaan kenangan dan pergi,
melalui malam dan pagi,
hingga nantinya berkarya lalu mati,

dan lagu itu kunyanyikan lagi,
..kuawali hariku dengan mendoakanmu agar kau slalu sehat dan bahagia di sana
..sebelum kau meninggalkanku lebih jauh, sebelum kau melupakanku lebih jauh,
..ku tak pernah berharap kau kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini,
..ku hanya ingin bila kau melihatku kapanpun di manapun hatimu kan berkata seperti ini,
..'pria inilah yang jatuh hati padamu, pria inilah yang kan slalu memujamu, ohoo yeah'
..akulah orang yang selalu menaruh bunga dan menuliskan cinta di atas meja kerjamu,
..akulah orang yang kan slalu mengawasimu, menikmati indahmu dari sisi gelapku,
..dan biarkan aku jadi pemujamu jangan pernah hiraukan perasaan hatiku,
..tenanglah tenang pujaan hatiku sayang, aku takkan sampai hati bila menyentuhmu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun