Di kampus ini bermula. Segala sesuatunya serasa cepat, bermula berjalan dan hampir berakhir. Termasuk di dalam kepanitiaan yang bernama PDKT 2011 ini. Diawali sebuah kegalauan dan diakhiri dengan kegalauan pula, perfect!
Mendaftar dengan berbagai pertimbangan, banyak menimbang-nimbang, memikirkan segala kemungkinan. Sampai pertemuan malam itu dengan seseorang yang sudah seperti kakak bagiku. Dan sebuah kalimat sederhana penuh makna meluncur darinya, "Jika kita masih muda jangan terlalu banyak berfikir, hajar aja!". Dan itu memantapkan niat hati ini untuk mengisi sekaligus mengembalikan formulir pendaftaran OC PDKT, di hari terakhir, di jam yang sudah melebihi batas pengumpulan. Kegalauan kala itu memang mengandung banyak faktor: keluarga, akademik, fisik, mental. Keluarga menjadi faktor pertama, karena di bulan Juni-Juli ada beberapa agenda keluarga yang harus ku ikuti. Akademik? Siapa menyangka akhirnya menjalani liburan tanpa mengalami keceriaan kawan-kawan seangkatan yang melaksanakan geladi? Sebuah hal yang tidak terprediksi tetapi masuk dalam probabilitas terjadi, ketika akan mendaftar OC PDKT. Positifnya, aku bisa fokus mengurusi kepanitiaan ini tentunya. Fisik, tentu saja karena aku sendiri tidak membiasakan diri dengan kegiatan yang cukup padat dengan persiapan yang cukup singkat. Menggenjot fisik dengan waktu yang sedikit tentu menjadi tantangan besar. Mental, cukup kuatkah aku dengan perubahan yang pasti akan ku alami? Ya, karena ini kepanitiaan kaderisasi. Bukan hanya sebuah event organizer, bukan sekedar mengkader adik-adik angkatan, tetapi mengkader rekan-rekan panitia seperjuangan, dan yang utama kita harus bisa mengkader diri sendiri. Kaderisasi adalah mencetak generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya (Ihsan Nugraha Putra Mukti). Mungkin aku sudah menyiapkan mental untuk mendidik adik-adikku sekalian, tetapi menyiapkan mental untuk mendidik diriku sendiri? Bahkan aku belum memersiapkannya, belum ada bayangan untuk itu. Aku bukanlah teladan untuk diriku, kamu, mereka, dan aku belum menjadi sosok yang patut ditiru. Bertarung dengan lebih dari seratus mahasiswa-mahasiswi hebat di IT Telkom untuk menjadi committee, dengan berbagai latar dan asal, beragam niat untuk satu tujuan umum: mensukseskan Pengenalan Dunia Kampus Telekomunikasi 2011. Akhirnya aku diterima di kepanitiaan yang spesial ini, dan posisiku lumayan vital, posisi di mana aku pernah (nyaris resmi diterima) mendaftar di kepanitiaan tahun lalu, sekretaris. Jabatan (amanah) yang mirip pernah aku dapatkan semasa SMA, cukup familiar. Mendapatkan partner yang hebat, koordinator acara PDKT 2010 sebagai Director atau ketua, Ridhi; staff kedisiplinan dan motivasi PDKT 2010 sebagai Finance Team, Istiqomah; dan dua pemudi yang luar biasa, Auliya dan Lily. Dan lengkaplah kami berlima sebagai Inti PDKT 2011, tim yang tidak biasa baik secara administratif maupun strategis. Dengan segala keberagaman yang ada, perbedaan yang mewarnai, inilah tim yang aku sebut tim dengan penuh cinta :) Cerita banyak terjadi, dinamika per divisi, naik-turunnya motivasi, baik-buruknya situasi, dan berbagai hal yang mewarnai lembar demi lembar catatan PDKT ini. Dan bukan seorang Alfi namanya bila melalui ini semua dengan biasa-biasa saja. Sejujurnya tidak banyak pelajaran baru yang aku dapatkan di sini, aku sudah lebih banyak mendapatkannya di luar sana sebelum aku bergabung dengan 104 pasukan hebat ini. Namun, cerita-cerita yang ada itulah yang unik dan memaksaku untuk meluangkan sekian ruang partisi memoriku untuk mereka, keluarga PDKT 2011. Bukan hanya tentang kesekretariatan yang kompleks, administrasi yang dituntut rapi, peran sebagai vice-director yang harus ada setiap saat, lebih dari itu aku menemukan semangat berkarya dan berjuang yang tanpa batas dari teman-temanku, sahabat-sahabatku, dan saudara-saudaraku. Membenci dan dibenci, wajar dalam lika-liku perjalananku. Tautan emosi sesaat memang kadang memaksaku membenci, dalam kontrol yang jelas sampai batasan itu dapat kuberi dan akhirnya kebencian bisa aku hilangkan. Dibenci, itu pasti, kadang orang butuh waktu untuk memahami suatu putusan yang aku keluarkan, tetapi itu masalah waktu sampai orang lain benar-benar memahami bahwa hal terbaik itu kadang memaksa kita untuk berbuat kejam pada diri sendiri, komunikasi dan rasionalisai jadi kunci. Disukai? Mungkin, tetapi berharap tidak. Menyukai? Ahh, aku sulit untuk berbohong pada diri ini. Meski aku sendiri berkali-kali memberikan sugesti bahwa itu semua adalah emosi sesaat yang biasa saja, gejolak kawula muda pada pandangan pertama. Well, profesionalisme di atas rasio dan emosi bro, rasa ini harus dipendam kawan! Konflik, dilema, dan waktu untuk memutuskan. Tiga hal yang setia menemani perjuanganku, perjuangan kami. Terlepas benar-salahnya di mata manusia, aku percaya bahwa niat yang baik beserta tindakan yang baik pasti akan berakhir baik, setidaknya hasil di mata Allah swt. adalah lebih utama. Terima kasih Yaa Rabb, aku tidak memiliki sedikitpun rasa sesal mengikuti kepanitiaan ini. Di tempat ini aku menemukan banyak peristiwa luar biasa, pengalaman tak terlupakan, kawan baru, dan makna hidup yang dalam. Meskipun ada setetes sesal di lubuk nuraniku, karena di awal aku masih ragu, tidak totalitas dalam bekerja, kurang profesional di tengah kepanitiaan, dan mengorbankan saudara-saudaraku untuk hal-hal yang harusnya bisa aku selesaikan sendiri. Maaf, terima kasih, dan terima kasih, panitia PDKT 2011, keluarga PDKT 2011. I LOVE YOU :) bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H