Mohon tunggu...
alfinzulfiana
alfinzulfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki hobby menulis, membaca, mendengarkan musik kepribadian saya yaitu baik,suka membantu konten favorit saya adalah a day in may life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

11 Januari 2025   13:00 Diperbarui: 11 Januari 2025   12:12 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

A.Pengertian Teori Kognitif 

Teori belajar kognitif adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada proses mental yang mendasari pembelajaran, seperti pemahaman, pemrosesan informasi, pemikiran, dan pengambilan keputusan. Teori ini melihat bagaimana siswa yang aktif sebagai belajar dalam membangun pengetahuan melalui pemahaman dan pemrosesan informasi baru.

B.PRINSIP PRINSIP TEORI KOGNITIF
1.Pemrosesan Informas
Teori kognitif berpendapat bahwa pembelajaran melibatkan proses internal yang mirip dengan komputer, yaitu menerima informasi, memprosesnya, dan menyimpannya. Model pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga komponen:
* Memori Sensorik: Menyimpan informasi dari lingkungan dalam waktu singkat, seperti saat melihat sebuah gambar atau mendengar suara. Misalnya,ketika seorang siswa yang melihat rumus matematika di papan tulis akan menangkap informasi tersebut melalui memori sensorik(sensory register).
* Memori Jangka Pendek: Menyimpan informasi dalam jangka pendek untuk diproses lebih lanjut. Misalnya, siswa yang membaca definisi baru akan mengingatnya selama beberapa saat untuk memahami maknanya.
* Memori Jangka Panjang: Menyimpanan informasi dalam jangka panjang setelah dipahami dan diproses. Informasi penting yang sering diulang dan relevan, seperti rumus matematika dasar, dapat disimpan dan diingat dalam jangka panjang.
2    Skema (Schema Theory).
Skema adalah struktur mental yang mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman dalam pikiran individu. Konsep ini diperkenalkan oleh Jean Piaget dan menunjukkan bahwa manusia cenderung mengelompokkan pengetahuan mereka ke dalam skema atau kategori. Misalnya, seorang siswa memiliki skema tentang hewan peliharaan yang mencakup anjing, kucing, dan ikan.Ketika siswa diperkenalkan pada hewan peliharaan baru seperti hamster, ia akan memasukkan informasi tersebut ke dalam skema yang ada atau bahkan memperluas skema tersebut. Proses ini dapat membantu siswa dalam memahami informasi baru dengan lebih cepat
3.Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
David Ausubel menekankan bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika mendapatkan informasi baru dan dapat di hubungankan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Contoh penerapannya adalah ketika guru mengajarkan konsep ilmu pengetahuan yang kompleks seperti siklus air, guru dapat memulai dengan mengaitkan konsep ini dengan pengalaman sehari-hari siswa, misalnya hujan dan penguapan air. Dengan mengaitkan konsep baru dengan pengetahuan yang sudah dikenal, siswa dapat memahami materi dengan lebih mendalam, bukan hanya sekadar menghafal
4.Metakognisi.
Metakognisi adalah kesadaran dan pengendalian individu terhadap proses belajarnya sendiri. Dengan mengembangkan kemampuan metakognitif, siswa dapat merencanakan, memantau, dan mengevaluasi strategi belajar mereka.Contoh penerapan metakognisi adalah ketika siswa merencanakan bagaimana cara belajar yang efektif untuk ujian, seperti membuat ringkasan atau mengerjakan latihan soal, serta menilai apakah cara tersebut efektif atau perlu disesuaikan. Penerapan strategi metakognitif ini membantu siswa menjadi lebih mandiri dan efektif dalam proses belajar mereka
5.Scaffolding (Penopang Belajar).
Teori belajar kognitif juga menekankan pentingnya scaffolding, atau dukungan dari guru dan teman sebaya, untuk membantu siswa memahami konsep baru yang sulit. Pendekatan ini didasari oleh teori Lev Vygotsky tentang Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar lebih baik ketika mereka dibantu oleh orang yang lebih ahli dalam tugas yang sulit. Misalnya, dalam pelajaran matematika, guru memberikan bantuan dengan mengajukan pertanyaan atau petunjuk sampai siswa memahami cara menyelesaikan soal secara mandiri.Seiring dengan meningkatnya kemampuan siswa, bantuan tersebut secara bertahap dikurangi.
6.Pembelajaran Konstruktivis.
Konstruktivisme dalam teori kognitif memandang siswa sebagai pembangun pengetahuan yang aktif, bukan penerima pasif. Pendekatan ini mendukung pembelajaran berbasis masalah, di mana siswa memecahkan masalah nyata atau memproses tugas yang kompleks secara kolaboratif. Misalnya, dalam pelajaran biologi, guru bisa meminta siswa untuk memecahkan masalah lingkungan dengan membuat proyek tentang daur ulang. Proyek ini melibatkan proses berpikir kritis dan kolaborasi antar siswa, yang membantu mereka memahami konsep secara mendalam melalui pengalaman langsung.

C.IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori belajar kognitif menekankan proses mental seperti pemahaman, memori, dan pemikiran kritis dalam pembelajaran.
1.Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Teori kognitif menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna, di mana informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Guru dapat menggunakan strategi seperti peta konsep atau brainstorming untuk membantu siswa mengaitkan konsep baru dengan pengetahuan yang sudah ada
2. Pengembangan Metakognisi
Guru dapat mendorong siswa untuk mengembangkan metakognisi, yaitu kemampuan untuk mengatur dan memonitor proses belajar mereka sendiri. Strategi seperti membuat catatan, merenung tentang cara belajar, dan evaluasi diri dapat membantu siswa menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Metakognisi dapat membantu siswa mengenali kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dan menggunakan strategi yang sesuai untuk mengatasi tantangan belajar
3.Scaffolding
Konsep scaffolding, yang dipopulerkan oleh Lev Vygotsky, memungkinkan siswa belajar dengan bantuan dari guru atau teman sebaya. Dalam praktiknya, guru memberikan dukungan awal yang kemudian dikurangi secara bertahap seiring peningkatan pemahaman siswa. Misalnya, dalam belajar menulis esai, guru dapat memberikan kerangka awal, kemudian membiarkan siswa mengembangkan ide mereka sendiri secara mandiri setelah pemahaman mereka meningkat
4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Dalam teori kognitif, siswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah, yang membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Pendekatan ini memungkinkan siswa menghadapi masalah nyata yang relevan dan bekerja sama dalam menyelesaikannya. Contohnya, guru sains dapat memberikan masalah lingkungan kepada siswa untuk diselesaikan melalui proyek, seperti menemukan cara untuk mengurangi sampah plastik di sekolah
5.Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Teori kognitif mendukung pendekatan konstruktivis, di mana siswa membangun pengetahuan secara aktif. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan dan sumber daya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Dalam kelas sejarah, misalnya, guru dapat meminta siswa menyelidiki latar belakang sejarah sebuah peristiwa dengan mencari informasi dari berbagai sumber, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun