Mohon tunggu...
Alfi Nuriffah
Alfi Nuriffah Mohon Tunggu... -

State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Sukses Mendidik Banyak Anak

2 Juni 2014   05:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa orang bilang banyak anak banyak rizqi, ada pula yang mengatakan banyak anak sangat merepotkan, apa iya?? Tidak begitu juga… Sangat mengasyikkan asalkan kita tahu caranya bagaimana menjadi fun.

Anak tujuh, delapan atau bahkan sampai sepuluh? Bukan main repotnya, apalagi di zaman yang semua bahan sandang pangan serba mahal, dan orang tua disibukkan dengan kesibukannya masing-masing, apakah masih ada orang yang ingin memiliki anak sebanyak itu? Sangat mengherankan sekali.

Tetangga baru disekitaran rumah saya, sebut saja keluarga pak Hari yang memiliki anak sebanyak delapan, benar-benar membuat orang yang mengetahuinya menjadi heran. Mulai dari si sulung yang sedang duduk dibangku kuliah, hingga si bungsu yang berusia empat bulan yang semuanya mempunyai akhlaq yang baik dan sopan. Jarang sekali ada keluarga yang seperti pak Hari. Jangankan mendidik delapan anak, satu anak saja sudah merepotkan.

Sebenarnya, Islam memang menganjurkan ummatnya untuk memperbanyak anak, dengan catatan memenuhi beberapa syarat khusus sehingga keluarga tersebut tetap bisa sejahterah, tanpa ada yang terzalimi, baik ayah, ibu maupun anak-anak itu sendiri. Rasulullah bersabda ”Kawinilah olehmu sekalian wanita yang banyak melahirkan anak dan penuh kecintaan. Karena sesungguhnya aku ingin memiliki banyak ummat dengan kamu sekalian. “(HR. Abu Daud, An Nasa’I & Al Hakim). Gamabaran singkatnya adalah seperti yang dialami oleh keluarga pak Hari. Nah pasti mau tahu apa rahasia yang dimiliki oleh bu Hari? Berikut kunci utama mendidik anak banyak:

1.Sukses yang pertama, Sukses Berikutnya

Memang yang paling sulit adalah mendidik anak pertama, karena itu adalah pengalaman yang pertama kali memiliki anak pertama. Tetapi jika mendidik anak pertama ini sukses, dapat dipastikan akan mempermudah sukses mendidik anak berikutnya. Hal ini sangat mudah dipahami, karean seorang anak akan selalu belajar dari orang-orang terdekatnya. Kaka, akan menjadi panutan setelah ibu dan ayah. Maka jika kakak berbuat kebaikan, tanpa disuruh adik pun akan menirunya. Seorang kakak sering kali menjadi kebanggaan seorang adik. Apalagi jika keduanya kerap bermain bersama. Anak yang telah memiliki adaik, pasti akan mengembangkan pribadi superior dan kepemimpinannya kepada adik. Dengan gayanya yang khas, sang kakak akan mengembangkan naluri untuk mengatur dan memerintah adik. Sementara adik cenderung mengikuti, karena mereka sedang melalui proses belajar dengan cara imitasi atau meniru.

2.Tumbuhkan Kebersamaan Keluarga

Kebersamaan keluarga, adalah sebuah kondisi dimana ikatan batin yang terjalin antar anggota keluarga, sehingga timbul kepedulian antara satu dengan lainnya. Kakak merasa turut bersimpati ketika adiknya menangis. Adikpun turut peduli ketika kakaknya kehilangan abrang misalnya.

Jika rasa kebersamaan telah tumbuh antara kakak dan adik, sangat mudah bagi ibu untuk memberikan tugas ringan kepada kakak, misalnya memandikan adik, dan tugas yang menyenangkan bagi keduanya seperti menemani adik bermain, menemani adik membeli permen ditoko, dan mengajari adik bersepeda. Sebaliknya, latih dan biasakan adik untuk memberikan penghargaan kepada kakaknya dalam segala hal misalnya selalu mengucapakan terima kasih.

Menumbuhkan rasa kebersamaan antara kakak dan adik memang bukan proses yang mudah, yang pasti membutuhkan waktu yang cukup panjang dan juga membutuhkan kesabaran serta bimbingan ekstra dari ibu selama itu pula. Dan tentu saja, bimbingan yang ibu berikan harus benar, sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak-anak. Jika upaya maksimal ibu sudah berhasil dan diterapkan kepada anak pertama ini, maka sukses tinggal menunggu untuk mendidik putra-putri berikutnya.

3.Jaga Jarak Kelahiran

Menjaga jarak kelahiran antara kakak dengan adiknya adalah factor yang sangat penting yang tidak boleh diabaikan dalam proses mendidik anak. Dalam Al-Qur’an sendiri telah ada perintah untuk menunda kehamilan dengan cara menyusui penuh selama dua tahun. Jika setelah penyusuan baru ibu hamil kembali, berarti jarak kelahiran sekurang-kerungnya dua tahun Sembilan bulan, ini adalah jarak minimum antara kakak beradik, yang sesuai pula dengan tahapan perkembangan psikologis seorang anak.

Sebelum usia dua tahun, umumnya egosentris seorang anak masih sangat besar. Mereka belum siap menerima kehadiran adik yang mengharusakan mereka berbagi kasih sayang ibu. Itu sebabnya jika seorang anak sudah menerima kehadiran adik sebelum usia dua setengah tahun, maka proses penerimaan menumbuhkan rasa kebersamaan. Setidaknya jika mereka tidak sering bertengkar, itu sudah cukup baik.

4.Ikhlaskan Hati

Repot, itu sudah pasti. Apalagi keitka masih mempunyai satu atau dua putra. Perjuangan dan pengorbanan ibu sangat dituntut disini. Tetapi yang pasti anak bisa merasakan dengan baik suasanya hati ibu. Ketika ibu sedang jengkel, sedih atau marah, kerap kali anak justru menjadi susah tidur. Itu karena kepekaan hati mereka menangkap suasana hati ibunya yang tidak enak, dan bahkan berimbas pada dirinya.

Sebaliknya, banyak masalah bisa diselesaikan jika hati ibu ikhlas, dengan keikhlasan tersebut, ibu bisa tetap tenang menghadapi seberapa rewelnya anak. Dan menjadikan ibu lebih sabar menghadapi mereka. Dan ketika datang kebahagiaan, ibu bisa menerima dengan rasa syukur yang teramat dalam.

Hal ini juga yang menjadi salah satu kunci untama keberhasilan untuk orang keluarga yang yang rata-rata tidak mengalami banyak masalah dengang jumlah anak yang banyak. Lain dengan keluarga di jaman sekarang, sulit untuk ikhlas memiliki anak banyak. Mungkin karena beban ekonomi, juga kesibukan ibu yang semakin banyak memiliki kesibukan pribadi. Semuanya menjadi tantangan tersendiri bagi ibu untuk bisa bersikap ikhlas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun