Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehendak Bebas: Mengapa Tuhan Tidak Memaksa Manusia untuk Menyembah-Nya?

12 November 2024   11:26 Diperbarui: 12 November 2024   11:50 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak laki-laki duduk di bangku sambil memegang buku. (unsplash.com/@benwhitephotography)

Kebebasan Memilih dalam Perspektif Al-Qur'an

Konsep kebebasan memilih ini juga ditegaskan dalam Al-Qur'an. Sebagai contoh, dalam QS. Yunus: 99, Tuhan berfirman:

"Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?"

Demikian pula dalam QS. Al-Baqarah: 256, dinyatakan:

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat."

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Tuhan tidak memaksakan keimanan kepada manusia. Sebaliknya, Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih jalan hidup mereka sendiri, baik itu mengarah kepada kebenaran atau sebaliknya.

Tuhan Tidak Membutuhkan Penyembahan

Dalam banyak tradisi agama, ditegaskan bahwa Tuhan tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya, termasuk penyembahan. Manusia menyembah Tuhan bukan karena Tuhan membutuhkan penyembahan tersebut, melainkan karena manusia membutuhkan Tuhan---baik itu untuk pengampunan, rezeki, keselamatan, atau hal-hal lain yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan. Bahkan tanpa disembah sekalipun, Tuhan tetap memberikan rezeki dan karunia kepada seluruh makhluk-Nya. Tuhan menjalankan kehendak-Nya berdasarkan kebijaksanaan yang melampaui pemahaman manusia, tanpa adanya kebutuhan terhadap makhluk-Nya.

Keterbatasan Manusia dalam "Melihat" Tuhan

Sebagai ilustrasi mengenai keterbatasan manusia dalam memahami atau "melihat" Tuhan secara langsung, kita dapat membayangkan seseorang berdiri di kaki gunung yang menjulang tinggi. Dia menatap puncak gunung yang begitu jauh, hingga kepalanya harus mendongak tajam ke atas. Dalam situasi ini, manusia merasa kecil dan lemah di hadapan gunung yang begitu besar.

Sekarang, bayangkan sesuatu yang lebih besar lagi, yaitu Bumi. Bumi begitu luas, dengan lautan yang dalam, hutan-hutan yang lebat, dan wilayah-wilayah yang masih belum sepenuhnya dijelajahi. Namun, Bumi hanyalah satu dari miliaran planet di alam semesta yang luas dan misterius. Jika manusia merasa kecil di hadapan gunung atau Bumi, bagaimana mungkin manusia dapat sepenuhnya memahami atau "melihat" Tuhan, Sang Pencipta alam semesta ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun