Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehendak Bebas: Mengapa Tuhan Tidak Memaksa Manusia untuk Menyembah-Nya?

12 November 2024   11:26 Diperbarui: 12 November 2024   11:50 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak laki-laki duduk di bangku sambil memegang buku. (unsplash.com/@benwhitephotography)

Dalam kajian filsafat dan teologi, sering muncul pertanyaan mendasar: Jika Tuhan adalah Mahakuasa, mengapa Dia tidak memaksa manusia untuk menyembah-Nya? Dengan kekuasaan yang tak terbatas, bukankah Tuhan dapat "memprogram" manusia untuk senantiasa taat dan menyembah-Nya tanpa adanya ruang untuk penolakan? Namun, jawaban atas persoalan ini melampaui sekadar pembahasan mengenai kekuasaan Tuhan. Jawaban tersebut melibatkan konsep kehendak bebas, cinta, makna hubungan antara manusia dan Tuhan, serta tujuan penciptaan manusia menurut berbagai perspektif religius dan filosofis.

Tuhan sebagai Seniman Agung

Dalam upaya menjelaskan konsep kehendak bebas, beberapa pemikir religius menggunakan perumpamaan Tuhan sebagai seorang seniman atau pengarang yang mahir, sementara manusia adalah karakter yang diciptakan dalam kisah yang dirancang-Nya. Seandainya Tuhan menginginkan agar karakter-karakter tersebut menunjukkan kasih dan penghormatan kepada-Nya, tindakan itu akan kehilangan maknanya apabila mereka hanya "diprogram" untuk melakukannya tanpa pilihan. Sebagaimana seorang seniman menginginkan karyanya berkembang dan hidup secara alami, Tuhan memilih untuk memberikan manusia kebebasan. Kehendak bebas ini memungkinkan setiap tindakan manusia bersumber dari pilihan yang mereka buat sendiri, bukan sekadar dorongan otomatis tanpa kesadaran.

Dengan memberikan kehendak bebas, Tuhan menciptakan ruang bagi manusia untuk secara aktif memilih jalan hidup mereka---baik itu menuju pengabdian dan penyembahan kepada Tuhan ataupun sebaliknya. Kehendak bebas merupakan anugerah yang memberikan manusia tanggung jawab penuh atas setiap tindakan yang mereka ambil. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dan Tuhan menjadi sebuah pilihan aktif, bukan hasil dari paksaan. Dalam konteks kebebasan memilih inilah, cinta dan pengabdian manusia kepada Tuhan menjadi lebih bermakna daripada jika tindakan tersebut dipaksakan atau terjadi tanpa adanya pilihan.

Kehendak Bebas sebagai Dasar Relasi dengan Tuhan

Seperti seorang pelukis yang menciptakan sebuah karya seni dan kemudian membiarkannya "hidup" dan berkembang sesuai dengan keindahannya, Tuhan memberi manusia ruang untuk menentukan arah hidup mereka sendiri serta untuk mencari dan menemukan Tuhan secara sukarela. Kebebasan ini memberikan manusia kesempatan untuk benar-benar memahami dan mengalami proses pencarian, penemuan, dan kedekatan dengan Tuhan. Tanpa kebebasan tersebut, konsep cinta, pengabdian, ataupun penyembahan menjadi dangkal, seperti kasih sayang seorang anak kepada orang tua yang hanya bernilai jika tidak dipaksakan.

Namun demikian, kebebasan ini tidak tanpa risiko. Manusia berpotensi memilih jalan yang menolak Tuhan. Inilah kompleksitas dari kebebasan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia; kebebasan ini menciptakan dunia yang penuh dengan tantangan, konflik, serta pilihan-pilihan moral. Meskipun di satu sisi kebebasan ini memberikan ruang bagi kesalahan dan kerapuhan, di sisi lain, kebebasan ini memungkinkan manusia untuk tumbuh, belajar dari kesalahan, dan, bagi mereka yang memilih demikian, menemukan jalan kembali menuju Tuhan.

Cinta Tuhan dan Kebebasan Memilih

Kebebasan yang diberikan kepada manusia dianggap sebagai wujud cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya. Tanpa kebebasan, cinta dan pengabdian tidak akan memiliki makna yang mendalam. Sebagai contoh, jika seseorang mencintai orang lain, tentu ia mengharapkan cintanya diterima secara sukarela, bukan karena paksaan. Demikian pula, menurut banyak pandangan religius, Tuhan memberikan manusia kebebasan untuk menyembah-Nya, dengan harapan bahwa pilihan tersebut diambil secara sadar dan penuh pengertian.

Oleh karena itu, meskipun Tuhan adalah Mahakuasa, pilihan-Nya untuk tidak memaksa manusia menyembah-Nya justru dapat dilihat sebagai bentuk penghargaan dan cinta yang mendalam terhadap kebebasan manusia. Meskipun kebebasan ini berisiko, kebebasan inilah yang memberikan nilai dan makna yang lebih dalam dalam kehidupan manusia, khususnya dalam hubungannya dengan Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun