Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengapa Membeli Buku tapi Jarang Membaca Itu Wajar?

4 November 2024   12:31 Diperbarui: 4 November 2024   12:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang membaca buku. (Freepik/jcomp)

Ada buku-buku yang telah saya beli bertahun-tahun lalu, tetapi belum sempat saya baca hingga sekarang. Situasi serupa terjadi pula pada koleksi buku elektronik saya.

Jika Anda melihat tangkapan layar e-book saya, Anda mungkin akan bertanya, "Berapa banyak buku yang sudah selesai dibaca?" Jawabannya, tentu saja, tidak semuanya.

Namun, apakah fenomena ini perlu dikhawatirkan? 

Saya berpendapat bahwa hal ini tidak perlu menjadi beban pikiran. Tidak ada yang salah dengan membeli buku yang pada akhirnya mungkin tidak akan dibaca, terutama apabila minat terhadap bacaan tersebut sudah memudar.

Membeli buku, meskipun belum dibaca, adalah bagian dari proses belajar dan eksplorasi diri. Setiap buku yang kita beli, bahkan jika tidak kita baca, tetap memiliki makna.

Mereka adalah refleksi dari minat kita pada saat itu, dan dengan memiliki buku-buku tersebut, kita belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri---tentang apa yang menarik perhatian kita dan apa yang mungkin tidak lagi relevan dengan minat kita saat ini.

Konsep ini dapat dihubungkan dengan gagasan "Anti-Library" yang diperkenalkan oleh Nassim Taleb dalam bukunya The Black Swan. Taleb mengisahkan tentang koleksi buku milik Umberto Eco, seorang penulis dan akademisi terkemuka yang memiliki perpustakaan pribadi dengan lebih dari 30.000 buku. 

Ketika orang-orang berkunjung ke rumahnya, mereka sering kali terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan bertanya, "Berapa banyak buku yang sudah Anda baca?" Sedangkan kelompok kedua, yang lebih sedikit jumlahnya, memahami bahwa perpustakaan pribadi bukanlah sekadar pajangan, melainkan alat untuk mengingatkan kita bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui.

Menurut Eco, perpustakaan idealnya berisi sebanyak mungkin hal-hal yang belum kita ketahui, sejauh kemampuan finansial kita memungkinkan. Seiring bertambahnya usia dan pengetahuan seseorang, tumpukan buku yang belum dibaca akan terus bertambah. Semakin banyak yang kita ketahui, semakin banyak pula yang belum kita baca. Tumpukan buku ini dikenal sebagai "Anti-Library," sebuah pengingat akan luasnya pengetahuan yang belum kita selami.

Dalam konteks ini, Anti-Library adalah simbol dari potensi pengetahuan yang belum tergali. Buku-buku yang belum dibaca bukanlah beban, melainkan pengingat bahwa masih banyak dunia yang belum kita jelajahi. 

Semakin kita belajar, semakin kita menyadari betapa banyaknya hal yang belum kita ketahui. Dengan demikian, "Anti-Library" berfungsi sebagai pendorong untuk terus belajar dan membaca lebih banyak lagi, sebagai cara untuk memuaskan rasa ingin tahu yang terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun