Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lebih Baik Hidup di Dunia Sempurna Tanpa Kebebasan atau Dunia Tak Pasti dengan Kebebasan?

1 November 2024   13:22 Diperbarui: 1 November 2024   13:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila diberikan pilihan, apakah lebih baik hidup di dalam suatu dunia yang tampak sempurna namun tanpa kebebasan, ataukah di dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian tetapi menawarkan kebebasan? 

Pertanyaan ini, pada hakikatnya, mencerminkan dilema esensial yang menjadi pusat pemikiran filsafat kehidupan manusia. Kebebasan, meskipun sering kali disertai oleh ketidakpastian yang tidak terhindarkan, cenderung dipandang sebagai unsur fundamental yang mendefinisikan eksistensi manusia.

 Tanpa kebebasan, kemampuan kita untuk menentukan arah dan tujuan hidup kita sendiri hilang, dan dengan demikian, kita hanya akan menjadi entitas mekanis, tidak berbeda dari mesin atau robot yang sepenuhnya dikendalikan oleh kehendak eksternal tanpa adanya kehendak bebas.

Dalam pandangan saya, adalah jauh lebih bijaksana untuk memilih kehidupan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh. Pertanyaannya kemudian adalah... Apakah sebenarnya tujuan dari kehidupan kita? 

Apakah tujuan kita hanya terbatas pada pencarian kesenangan sementara dan kebahagiaan yang bersifat duniawi semata, ataukah kita hadir di dunia ini untuk membentuk kehidupan yang sejahtera dan bermakna, baik di dunia maupun di akhirat? 

Sepanjang perjalanan hidup, kita tidak memiliki kendali atas tempat di mana kita dilahirkan atau situasi lingkungan yang membentuk diri kita. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk tidak sekadar membiarkan diri mengikuti arus kehidupan tanpa arah yang pasti. 

Sebaliknya, kita harus senantiasa terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan untuk memahami esensi kehidupan dan menemukan makna keberadaan kita. Setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki tujuan hidup yang unik, dan perbedaan ini mencerminkan keistimewaan masing-masing pribadi dalam merumuskan makna hidupnya.

Sebagai seseorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai religius, saya meyakini bahwa manusia, pada hakikatnya, adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Agama mengajarkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan ini harus dijalankan dengan mematuhi pedoman-pedoman kehidupan yang telah diatur, baik melalui aspek-aspek adab, budaya, maupun prinsip-prinsip yang terkandung dalam Kitab Suci sebagai sumber hukum dan moral yang utama. 

Selain kehidupan dunia ini, agama juga mengajarkan bahwa ada kehidupan lain setelah kematian, yaitu kehidupan di akhirat, di mana segala tindakan dan perbuatan yang kita lakukan di dunia akan diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan pada hari perhitungan. 

Oleh karena itu, pada akhirnya, keputusan mengenai bagaimana seseorang memaknai dan menjalani kehidupannya adalah tanggung jawab pribadi setiap individu, sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup mereka masing-masing.

Namun demikian, ada satu kenyataan yang tidak dapat diabaikan: pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan alami untuk merasa bosan apabila kebebasan mereka dibatasi. Dalam konteks sejarah, kita telah menyaksikan banyak contoh empiris yang menunjukkan bahwa pembatasan kebebasan, baik pada tingkat individu maupun kolektif, sering kali memicu perlawanan yang tak terelakkan. 

Banyak negara komunis yang runtuh, dan bahkan rezim-rezim diktator yang mengklaim memiliki sistem pemerintahan yang tampaknya "sempurna" pun pada akhirnya digulingkan oleh rakyatnya karena ketidakmampuan mereka untuk menyediakan kebebasan yang esensial.

 Oleh karena itu, kehidupan manusia, agar dapat berkembang dan bertahan, memerlukan adanya unsur ketidakpastian yang menyertai kebebasan. Kebebasan, pada intinya, adalah tanda bahwa kita masih hidup, bahwa kita masih memiliki kendali atas pilihan-pilihan yang kita buat dalam kehidupan kita.

Secara pribadi, saya lebih memilih untuk hidup di dunia---meskipun tidak sempurna, tetapi menawarkan kebebasan, dibandingkan dengan hidup di dunia yang tampaknya sempurna namun tanpa adanya kebebasan. 

Meskipun kehidupan di dunia yang bebas sering kali diiringi oleh ketidakpastian dan tantangan yang signifikan, saya meyakini bahwa kebebasan memberikan ruang yang sangat diperlukan bagi kita untuk tumbuh, belajar, dan berkembang sebagai individu. 

Sebagai ilustrasi, mari kita bayangkan seseorang yang dilahirkan dalam kondisi kemiskinan yang sangat parah, namun memiliki kebebasan untuk mengejar impian dan tujuan hidupnya tanpa hambatan. 

Saya percaya bahwa, meskipun hidupnya dipenuhi oleh berbagai rintangan dan kesulitan, ia akan merasakan kebahagiaan yang lebih mendalam, kesehatan mental yang lebih baik, serta pemenuhan emosional dan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang hidup dalam sistem yang teratur namun tanpa kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Sebagai contoh yang relevan, kita dapat melihat pada kehidupan komunitas Gypsy, yang hidupnya sering kali berpindah-pindah dan dipenuhi oleh ketidakpastian. Mereka mungkin menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, namun mereka memiliki kebebasan untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka sendiri. 

Kebebasan tersebut memberikan mereka kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi setiap tantangan, dan meskipun kehidupan mereka jauh dari sempurna, mereka tidak mudah terjerumus ke dalam depresi atau keputusasaan. 

Kebebasan yang mereka miliki memungkinkan mereka untuk menemukan makna dan tujuan hidup mereka, bahkan dalam ketidakpastian yang terus-menerus mengiringi kehidupan mereka.

Namun demikian, perlu juga dipahami bahwa kebebasan yang disertai dengan ketidakpastian akan terasa lebih bermakna dan lebih bermanfaat apabila individu yang mengalaminya memiliki kompetensi yang memadai untuk berjuang dan mengatasi tantangan-tantangan yang muncul. 

Individu yang memiliki kompetensi rendah, atau yang belum siap untuk menghadapi tantangan kehidupan, sering kali lebih memilih kehidupan yang tertata, meskipun tidak sempurna, namun dengan kebebasan yang terbatas. Mereka cenderung merasa lebih aman dan nyaman dalam lingkungan yang terstruktur, meskipun kebebasan mereka dibatasi. 

Di sisi lain, bagi mereka yang memiliki kesiapan mental serta keterampilan yang memadai untuk menghadapi ketidakpastian, kebebasan adalah jalan yang tepat menuju pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan yang sejati.

Pada akhirnya, hidup di dunia yang tidak sempurna namun menawarkan kebebasan memberikan kesempatan yang sangat berharga bagi kita untuk belajar, beradaptasi, dan menemukan makna hidup kita sendiri. Setiap individu memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda, dan kebebasan adalah alat atau sarana yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 

Kebebasan memberikan kita kesempatan untuk membuat pilihan yang menentukan jalan hidup kita, untuk belajar dari kesalahan yang kita buat, dan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijaksana. Meskipun ketidakpastian adalah elemen yang tidak terpisahkan dari kebebasan, justru di dalam ketidakpastian itulah terdapat potensi terbesar bagi kita untuk berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun