Pikiran-pikiran terlarang itu kembali.
Ia gelisah.
Mengatakan kalimat ini.
Tidak, ia bukan lagi bujang dari kota kecil yang suka pasrah.
Aku melangkah mendekati ranjangku, tersentak.
Aku tahu detail kesenangan.
Itu hanya sibuk mengacak-acak.
Lebih baik membaca Al-Qur'an.
Keimanan membawaku pergi.Â
Disaksikan tubuh yang mendesah prihatin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!