Mohon tunggu...
Alfin Nur Ridwan
Alfin Nur Ridwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kader IMM Sukoharjo, Mahasiswa S1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Surakarta

Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang mempunyai hobi membaca dan menulis, serta menyukai kerja-kerja jurnalistik. Jasadku memang tak abadi, namun kuyakin diriku bisa abadi dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Amanat Haedar Nashir dalam Refleksi Milad ke-66 UMS

24 Oktober 2024   14:51 Diperbarui: 24 Oktober 2024   14:59 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat pada hari ini, Kamis, 24 Oktober 2024, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi telah berusia 66 tahun. Salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang sudah berdiri cukup lama melintasi berbagai dinamika zaman, khususnya dalam ranah pendidikan.

Dalam gelaran resepsi Dies Natalis UMS yang ke-66 kali ini, acara dilaksanakan di gedung yang juga menjadi kebanggaan segenap civitas akademika UMS, Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS. Berbeda dari ceremonial milad tahun lalu, acara pada kali ini tidak hanya sebagai penanda akan bertambah umurnya kampus tersebut, tetapi juga sekaligus sebagai simbol peresmian Rumah Sakit UMS.

Selain acara simbolis, pada kesempatan kali ini pun refleksi milad UMS turut menghadirkan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Yang dalam kehadirannya memberikan refleksi seputar perguruan tinggi saat penyampaian amanat PP Muhammadiyah pada acara milad UMS tersebut.

Pada pembuka amanat tersebut, Haedar Nashir mengapresiasi tinggi atas pencapaian yang diraih UMS belakangan ini, khususnya di ranah internasional. Ia menyebutkan, kalau raihan pencapaian tersebut harus dijadikan sebagai tonggak awal untuk terus bergerak meraih kualitas, sebagaimana spirit Islam yang selalu meraih sesuatu yang tafdhilah.

"Kami yakin, kami percaya, dengan segala kemampuan institusi sumber daya dan kepemimpinan yang ada di UMS, dapat terus dikapitalisasi untuk menjadi universitas yang diharapkan betul-betul sebagai center of action," ungkap Haedar Nashir.

Selanjutnya, ia menyampaikan empat poin yang menjadi pesan agar bisa direfleksikan oleh segenap civitas akademika UMS kedepannya. Yang pertama, Distingtif Character, sesuatu yang menjadi karakter pembeda Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) dengan perguruan tinggi lainnya.

Perbedaan tersebut, ia tegaskan pada penyampaiannya itu berupa Al-Islam Kemuhammadiyah (AIK) yang menjadi nilai yang melekap pada setiap PTMA di Indonesia. Namun, tidak hanya berhenti sampai di situ. Ia berpesan agar setiap PTMA mentransformasikan AIK ini menjadi sesuatu yang memiliki value yang membedakan PTMA dengan perguruan tinggi lainnya. Dan perbedaan itu memberikan sesuatu yang lebih baik.

"Kami pesankan, UMS dan seluruh PTMA mengolah sedemikian rupa Islam Berkemajuan itu menjadi karakter yang membedakan kita dengan orang lain, dan perbedaan itu memberikan sesuatu yang bersifat rahmat," harapnya.

Yang kedua, Kontribusi Pemikiran-Pemikiran Strategis untuk Ummat dan Bangsa. Dalam poin kedua ini, ia menekankan betul terkait keterlibatan PTMA, terkhusus para dosen di dalamnya untuk turut menghadirkan pokok-pokok pikiran strategisnya jauh sebelum negara memikirkannya.

Beberapa contoh diberikannya sebagai gambaran bagaimana di belahan dunia sana (negara-negara maju), banyak pemikiran-pemikiran maju lahir dari lingkungan akademis perguruan tinggi. Dengan penuh harap dan yakin, ia percaya bahwa kampus-kampus Muhammadiyah sudah saatnya turut menyumbangkan pemikiran-pemikiran serta gagasan reformis dan moderat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun