Generasi milenial telah membawa perubahan besar dalam dunia pertanian, khususnya di lahan basah. Dengan ide-ide segar dan semangat inovasi, mereka tidak hanya melanjutkan tradisi pertanian leluhur, tetapi juga menciptakan model pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan.
Lahan basah di Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan. Luasnya mencapai 33,4 juta hektar, terdiri dari 20 juta hektar lahan pasang surut dan 13,4 juta hektar lahan lebak. Sebagian lahan ini sudah dimanfaatkan untuk pertanian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Namun, pengelolaan lahan basah menghadapi tantangan besar, seperti perubahan iklim, kerusakan tanah, dan kurangnya minat generasi muda terhadap pertanian.
Generasi milenial muncul sebagai jawaban atas tantangan tersebut. Salah satu cara mereka mengatasinya adalah dengan menggunakan teknologi modern. Mereka memanfaatkan aplikasi dan alat digital untuk memantau kondisi tanah, cuaca, dan perkembangan tanaman. Dengan teknologi ini, petani milenial dapat membuat keputusan yang lebih tepat, seperti kapan waktu terbaik untuk menanam atau jenis pupuk yang paling sesuai. Teknologi ini membuat pertanian menjadi lebih efisien dan hasilnya lebih optimal.
Selain teknologi, generasi milenial juga mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan. Mereka mengembangkan sistem pertanian organik dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti pupuk kompos dan metode rotasi tanaman. Salah satu inovasi yang banyak diterapkan adalah sistem surjan, di mana padi ditanam di lahan rendah, sedangkan tanaman hortikultura seperti sayuran atau buah-buahan ditanam di lahan tinggi. Cara ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga menjaga kesuburan tanah.
Generasi milenial juga memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya ketahanan pangan. Mereka mengembangkan teknik seperti hidroponik dan akuaponik yang memungkinkan produksi pangan di lahan terbatas. Salah satu contoh sukses adalah kawasan eks-PLG di Kalimantan Tengah. Dengan sistem tata air tertutup, kawasan ini mampu menghasilkan pangan secara berkelanjutan sambil menjaga keseimbangan lingkungan.
Namun, perjalanan generasi milenial dalam mengembangkan pertanian lahan basah tidak selalu mudah. Salah satu kendala terbesar adalah keterbatasan modal dan akses terhadap teknologi modern. Selain itu, perubahan iklim yang semakin ekstrem, seperti banjir atau kekeringan, juga menjadi tantangan serius. Untuk mengatasi hambatan ini, dukungan dari pemerintah sangat diperlukan. Program insentif, penyediaan teknologi, serta pembangunan infrastruktur pertanian yang memadai menjadi hal yang penting.
Meski menghadapi banyak rintangan, generasi milenial telah menunjukkan bahwa pertanian bisa menjadi sesuatu yang menarik, modern, dan menjanjikan. Dengan semangat dan inovasi, mereka mampu mengubah pertanian dari sektor tradisional menjadi salah satu solusi utama dalam menjaga ketahanan pangan dan lingkungan.
Ke depan, generasi milenial diharapkan terus memimpin perubahan ini. Dengan teknologi, kreativitas, dan kepedulian mereka terhadap lingkungan, masa depan pertanian lahan basah Indonesia terlihat lebih cerah. Pertanian tidak hanya menghasilkan pangan, tetapi juga menjadi bagian dari solusi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H