Mohon tunggu...
Alfinna Indriani
Alfinna Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan seorang mahasiswi S1 Antropologi di Universitas Airlangga, saya menyukai bidang sosial, politik, humaniora, serta seni.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komik Digital sebagai Media Pelestarian Folklore Indonesia

27 November 2022   19:46 Diperbarui: 29 November 2022   10:15 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

source : webtoon.com

Indonesia, siapapun yang mendengar kata Indonesia tentu tidak asing lagi dengan kekayaan adat dan budayanya. Gemah ripah loh jinawi, peribahasa jawa tersebut mampu mendefinisikan bagaimana sejatinya Indonesia. Gemah ripah berarti negara luas dan banyak penduduknya, sedangkan loh jinawi berarti subur dan makmur. Dari sabang sampai merauke, setiap jengkalnya memiliki kebudayaan dan ciri khas masing-masing. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan berharga yang patut dilestarikan.

Seiring dengan kemajuan zaman, kebudayaan bangsa Indonesia yang bersifat tradisional terancam luntur. Globalisasi yang merupakan pendorong kemajuan zaman menjadi momok yang berbahaya. Globalisasi merupakan keadaan dimana dunia seakan-akan tidak ada sekat, setiap orang di belahan dunia manapun dapat saling terhubung, bertukar informasi, dan saling mempengaruhi melalui platform digital. Oleh karena itu, kebudayaan asing mampu masuk dengan bebas di Indonesia.

Dimanfaatkan atau memanfaatkan, dua pilihan tersebut berada di tangan kita. Kita bisa saja menjadi bidak arus zaman, namun memanfaatkan arus zaman menjadi pilihan yang tepat. Dewasa ini telah banyak manusia-manusia kreatif yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi sebagai media pelestarian folklore. Folklore diwariskan secara turun menurun sampai kabur siapa pencipta folklore sebenarnya. 

Dalam artikel ini sendiri akan dibahas mengenai folklore lisan yang dikemas secara modern melalui webtoon, dalam bentuk komik digital. Folklore merupakan salah satu bidang kajian dalam  antropologi. Folklore sendiri dapat dikaji melalui teori-teori antropologi, salah satunya adalah teori strukturalisme Levi strauss. Hal itu karena Levi Strauss memberikan perhatian khusus terhadap mitos.

Webtoon merupakan sebuah platform komik digital asal Korea Selatan, dalam platform tersebut dimuat cerita-cerita komik dari berbagai komikus di seluruh dunia. Komik-komik yang termuat dapat diterjemahkan dalam bahasa asing. Oleh karena itu, webtoon mampu menjadi sarana pengenalan budaya lokal kepada seluruh dunia. Sebagai upaya melestarikan folklore di Indonesia dengan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, hadirlah para komikus maupun ilustrator yang mengangkat cerita rakyat dalam komiknya. Cerita rakyat merupakan sebuah kisah yang terinspirasi dari peristiwa sejarah atau cerita yang terjadi di masa lampau, dalam cerita tersebut biasanya terkandung mitos, kekuatan gaib, maupun kepercayaan masyarakat lainnya.

Berikut merupakan beberapa contoh cerita webtoon yang mengandung folklore sebagai wujud kearifan lokal bangsa Indonesia:

1. Dedes

Webtoon bertajuk Dedes ini mengangkat cerita rakyat Ken Arok dan Ken Dedes. Webtoon karya Esti Siwi ini beraliran isekai, yaitu cerita yang tentang seseorang yang hidup di zaman lain atau reinkarnasi. Cerita yang berlatar pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri ini menggunakan Ken Dedes sebagai sudut pandang utama. Ken Dedes, seorang putri brahmana yang diramal akan melahirkan raja-raja hebat pulau jawa (nareswari) membuatnya terjebak dengan kisah cinta antara dirinya, Ken Arok dan Tunggul Ametung.

2. Sarimin

Webtoon karya Nagaterbang ini mengangkat cerita mistis yang kerap menjadi kepercayaan masyarakat Indonesia. Sarimin merupakan siluman monyet, selain sarimin, webtoon ini juga mengisahkan tentang tuyul, sesajen, dan hal-hal mistis lainnya.

3. 7 Wonders

7 Wonders mengangkat cerita rakyat Jaka Tarub dan 7 bidadari. Metalu, selaku author mengemas cerita ini menjadi cerita modern, namun tidak menghilangkan unsur budaya di dalamnya. Jaka yang merupakan seorang mahasiswa menemukan 7 bidadari sedang mandi di sendang, ia pun mencuri selendang dari salah satu bidadari yang bernama Kenanga.

4. Sing Bahu Rekso

Sing bahu rekso berarti sosok yang menguasai atau penunggu. Webtoon bergenre horor karya papilion studio ini berlatar di Kota Semarang, webtoon ini mengangkat cerita tentang sang buaya gaib penunggu perairan, yakni polder pengendali banjir.

5. Jajan Squad

Jajan squad merupakan komik karya Dito Satrio, webtoon ini mengangkat cerita tentang berbagai makanan khas nusantara.

Kelima webtoon diatas mengandung kearifan lokal yang kental, hal itu membuktikan bahwa kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi tidak menjadi penghalang kita untuk melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Globalisasi sendiri merupakan sesuatu yang tidak dapat dibendung, sehingga yang mesti dilakukan adalah melakukan penyaringan dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun