Penyangga rindu dibalik tiang pancang
Berdiri sejak lahirnya asmara berbunga
Mengharumi sekat-sekat malam
Yang ada untuk dikagumi dan dipuji
Nama indahmu sulit terlepas dibenak ini
Terukir rapi, terjerat, tersusun dengan bait syair yang syahdu
Dengan apa gelombang melodi ini tercipta
Saat dilantunkan sungguh menggema angkasa
Lantangnya hati disaat mengupas kulit rasa
Tidak ada batas tanpa ragu dan malu ucapnya
Maju untuk memetik buah hati perindu
Itulah mengapa dikatakan buta disaat itu
Gurun-gurun yang tandus selalu bercerita
Besok adalah hari dimana surat asmara bertapa
Tintanya ada bersama angan, rasa, Â dan karsa
Tercipta dengan nuansa hati yang melebur kasta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H