Mohon tunggu...
Alfin kamilmulya
Alfin kamilmulya Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa

Hidup berkarya bukan bergaya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahaya Sampah Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan

10 Oktober 2019   09:23 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:28 2474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu factor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang saat ini masih tetap menjadi  "PR" besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastic. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit di kelola.

Diperlukan waktu puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar di lenyapkan. Namun  yang menjadi persoalan adalah dampak negatif dari sampah plastik sangat besar sekali.

Jika di bakar, sampah plastic akan menghasilkan asab beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastic akan mengurai d udara sebagai diloksin, senyawa ini sangat berbahaya jika terhirup manusia. Dampaknya akan memicu penyakit kanker,hepatitis,pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.

Kantong plastik juga dapat menyebabkan banjir, karena menyumbat saluran-saluran air. Sehingga dapat menyababkan banjir bahkan yang terparah dapat merusak turbin waduk.

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu di lakukan alternatif pengolahan yang benar, teknologi landfill yang di harapkan dapat menyelesaikan masalah lingkungan akibat sampah, justru malah memberikan permasalahan  lingkungan yang baru. Seperti kerusakan tanah, air tanah, dan air permukaan akibat air lindi, sudah mencapai tahap yang dapat membahaykan masyarakat  sekitar, khususnya dari segi sanitasi lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat di perkirakan bahwa teknologi yang paling tepat untuk pemecahan masalah di atas, adalah dengan teknologi pemusnahkan sampah yang hemat dalam penggunaan lahan. Konsep utama dalam pemusnahan  sampah selaku buangan apadat adalah reduksi volume secara maksimum. Jadi teknologi yang tepat untuk memusnahkan sampah adalah dengan cara pembakaran yang terkontrol atau insinerasi, dengan menggunakan insineriator.

Teknologi insineriasi ini membutuhkan luas lahan yang lebih hemat dan di serti dengan reduksi volume residu yang tersisa ( fly ash dan bodtom ash ) di bandingkan dengan sampah semula.akan tetapi teknologi ini masih tetap memberikan dampak negative terhadap lingkungan berupa pencemaran udara.

Belajar dari kegagalan program pengolahan sampah di atas, maka pemecahannya  terhadap penanganan sampah sebagai suatu produk yang tidak lagi bermanfaat dan cendrung untuk di buang begitu saja harus di ubah. Yaitu dengan cara produksi bersih ( clean production ) produk ini merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk samping yang berbahaya , produk- produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis.

Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat di simpulkan bahwa penanganan sampah tidak dapat semata-mata di tangani oleh pemerintah daerah, kabupaten, atau kota. Pada tingkat kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke pendekatan sumber dan perubahan paradigm yang pada gilirannya memerlukan adanya campur tangan dari pemerintah.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun