Mohon tunggu...
Bustomi Menggugat
Bustomi Menggugat Mohon Tunggu... -

Senang belajar hal baru. Senang traveling, membaca dan menulis. Biasanya diundang sebagai 'tukang ngoceh' terkait agama, demokrasi dan kebangsaan. Contact: akubisa_tommyheaven@yahoo.com (Tim AKU BISA). Sedang belajar menggagas konsep motivasi #SalamAKUBISA :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Backpacker Wannabe: A Wonderful Trip to Blitar

29 Oktober 2013   10:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Backpacker Wannabe: A Wonderful Trip to Blitar

Guys, pekan ini gue jalan-jalan ke salah sau kota di provinsi paling timur Jawa Dwipa. Sebenarnya kagak ada niatan sih atau semacam planning gitu untuk mengeksplorasi daerah yang identik dengan sosok presiden pertama kita ini. I think you know who he is. Berhubung tidak ada jadwal acara kecuali tampil di Journalist Club sebuah stasiun TV lokal ternama di Surabaya pada selasa malamnya jadi sengaja saya kosongkan dan tunda satu-satunya program pekan ini. Saya diajak junior yang asli Kademangan Kabupaten Blitar. Senin malam ba’da maghrib kita berangkat berbekal motor matic menyusuri jalanan menerobos kemacetan khas kota metropolitan. Perjalanan Surabaya-Blitar yang normalnya 3,5 jam ditempuh dengan motor malah molor 2 jam gegara macet mulai Surabaya hingga Mojokerto. What the hell! :D Tak masalah. Tuhan akhirnya kabulkan doa saya untuk jadi seorang backpacker. Betapa tidak ke Blitar ini untuk seminggu lamanya tapi saya hanya membawa tas punggung dengan 3 pakaian ganti saja. J

Walaupun agak sedikit kesel gegara macet tapi di tengah perjalanan, tepatnya di Jombang bisa menemukan warung dengan kantong khusus backpacker. Menu utamanya itu loh yang bikin rasa kesal saya hilang. Iwak wader. Rasa makanan ini pokokna la to the zis alias nendang bangets. JDua porsi plus softdrink berupa es jeruk total hanya 20 ribu doank! Benar juga pasca derita adalah bahagia. Berarti setelah bahagia derita lagi dong? You’re right, guys!

Tepat pukul 11 malam motor yang menemani perjalanan kita malah bocor karena jalan yang kita lalui rusak. Tepatnya di Desa Ponggok. Masuk daerah Pare, Kediri. Tentunya, ini bak kiamat di tengah malam. Setelah bertanya ke sana kemari dan dapat rekomendasi tukang tambal ban yang buka sampai tengah malam kami pun menuntun kawan setia kami sejauh 2 km. Ternyata tutup saudara. Terpaksalah kami menginap di masjid dekat TKP. Hingga akhirnya dengan penuh keterpaksaan, ba’da sholat Subuh kami ketuk pintu tukang tambal bannya. Alhamdulillah beliaunya berkenan. Teori siklus yang lama berlaku saudara. Setelah penderitaan, kebahagiaan menimpa. :D

Sekitar 20 menit kami menunggui proses opname si matic sembari ngobrol soal situasi sekitar. Mata saya yang penyuka kuliner ini mulai jelalatan. Akhirnya tertuju pada sebuah warung sederhana yang menjual mie dan es. Namanya yang bikin naluri saya bangkit: Mie Taubat dan Es Cepat Kaya. Sumpah ngakak gue! :D Itu adalah kuliner khusus pedas holic. Levelnya juga bikin senyum-senyum terus. Mulai tingkat PAUD dengan nol cabe, beranjak ke SD, SMP, SMA, sarjana, dokter dan tingkatan professor dengan 18 cabe. Uniknya cabe yang dipakai adalah Lombok ijo. Tapi menurut keterangan tukang tambal ban, karena laris penjualnya kadang curang. Cabe diganti bubuk merica. Nah, info seperti ini penting bagi kita agar tidak dikibuli penjual. J Infonya keren nih si tukang tambal ban kita.

Pukul 5 pagi kami pun lanjutkan perjalanan menuju Blitar. Daerah yang dijuluki sebagai Kota Patria ini ternyata lumayan sejuk. Tidak panas juga nggak dingin walau pagi harinya berkabut. Destinasi yang cocok bagi saya yang jenuh dengan suasana kota sebesar Surabaya. Setibanya di rumah junior saya ini, desanya benar-benar asri. Suasana semacam flash back ke masa kecil saya. Teduh dan rindang. Ke-guyub-an khas masyarakat desa seperti ulasan kawan-kawan sosiologi masih terasa.

Selesai ramah-tamah dengan keluarganya, kami pun beristirahat sekitar 2 jam dan kemudian mandi. Siap-siap karena kakak junior saya hendak mengajak kita sarapan menu khas Blitar. Pasti sudah pada paham kan? Yup. Pecel. Nggak tanggung-tanggung kita makan pecel di areal Makam Bapak Proklamator, Bung Karno. Walau kita hari ini tidak masuk ke areal makam karena masuk rencana esok hari, tapi sepintas kompleks makam terlihat megah dan keren. Kami pun sarapan di Warung Mbok Bari 6. Itu cabang ke-6 di kota ini. Katanya memang favorit. Aku pun ikut aja menu pesanan, karena jujur ini baru pertama ke daerah ini. Jadi benar-benar buta lah soal wisatanya apalagi culinary-nya. Yang bikin gue terkejut adalah harga pecelnya seporsi di warung seterkenal ini, only 4 ribu, guys! Gilak! Soal minum gue recommended banget untuk pesan segelas teh. Tehnya itu enak dan luar biasa, khususnya bagi penikmat teh. Apalagi harga segelasnya cuman 1000. Perlu gue kasih tahu ama loe-loe pade di warung ini bebas parkir dan bebas merokok, bahkan asbaknya khas seperti barang keraton. Apalagi karena lokasinya di sekitar Makam Bung Karno yang terkenal tentu strategis. Dikelilingi oleh stan-stan pedagang yang menjual merchandise khas Blitar.

Memakai sistem SMP alias selesai makan pulang, maka kami pun meluncur balik ke rumah junior saya. Tapi di tengah perjalanan sempat mencari info seputar destinasi wisata ke dinas terkait. Nama dinas terkait wisata antara kota dan kabupaten Blitar ternyata berbeda. Katanya untuk diferensiasi saja. Wah ilmu marketing dasar sudah mereka kuasai nih. Kalah gue. J Hanya pemandangan khas pegawai n(e)geri masih kuat terlihat. Ngerumpi dan saya sempat memotret walau hasilnya kurang sempurna karena memakai HP dan metodenya candid. Jadinya setengah deg-degan takutnya menyinggung jika gerak-gerik saya mengarah pada dokumentasi perilaku mereka apalagi saya berhadapan dengan lingkungan Jawa yang sensitif dengan mimik dan pantomimik saat beinteraksi. Walau sempat deg-degan intinya ada bukti foto walau tak sempurna. Terpenting kalian nggak bakal bilang no pict = hoax kan? J

Okay guys, sekian dulu ya cerita perjalanan ala backpacker pertama saya yang hanya menghabiskan 15ribu rupiah untuk bensin plus 8ribu untuk menambal ban yang bocor. What a wonderful trip with the cheapest cost I have ever done. J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun