Kemudian digantikanlah presiden Viktor Yanukovich  dengan Petro Poroshenko yang nantinya menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa. Dan dari sini setelah aneksasi terjadi,  hubungan antara Rusia dan Ukraina terus memanas sampai dengan hari ini.
Pada saat terjadinay ketidak sepakatan ini ada perjanjian mind I dan II pada tahun 2014-2015 yang memfalisitasi ketegangan yang terjadi antara  Rusia dan  juga Ukrainayang diselenggarakan di Minsk, Ibukota dari Belarus.Â
Pada dasarnya perjanjian ini memfalisitasi kedua negara untuk menyusuun tata cara pemilu di Donest dan Luhansk, kemudian juga rencana integrasi dua wilayah ini.Â
Selanjutnya manajemen konflik actual, didalamnya diatut tentang gencatan senjata yang dilakuakn dan yang terakhir adalah pembahasan tentang politik, termasuk bagaimana sebenarnya status khusus antara Donest dan Luhansk, antara Rusia dan Ukraina.
Namun apa yang terjadi? Perjanjian mind ini kemudian disalahartikan ataupunada 2 interpretasi yang berbeda antara Rusia dengan Ukraina. Rusia menilai perjanjian Minds memfalisitasi adanya permbahasan terkait dengan status khusus bagi Donest dan juga Luhansk. Namun Ukraina menilai perjanjian Minds memfasilitasi bahwa kedua negara ini benar benar ada di dalam kedaulatan Ukraina.
Saat ini konfliknya terus terus terjadi eskalasi bagaimana dengan kekuatan militer antara Ukraina dengan juga Rusia. Jika seandainya invasi benar benar terjadi, Ukraina memiliki ukuran statistic militer menempati urutan ke-22 dari 140 negara .Â
Dengan total pasukan aktif 850.000 dan pasukan cadangan 250.000 orang. Kalau kita bandingkan lebih rinci lagi terkait dengan Armada militer yang sudah dimiliki, ini sudah pasti Ukraina jauh tertinggal ketimbang Rusia yang menempati peringkat ke dua.
Bagaimana dengan kronologi eskalasi konflik yang terjadi sejak Desember 2021 bahkan sampai saat ini di awal Tahun 2022? Permasalahan ini semakin  memanas pada saat bulan November 2021 saat Rusia memobilisasi Armada militernya keperbatasan dengan Ukraina. Ada banyak kenyatan yang disampaikan oleh pejabat dari Rusia terkait dengan tidak ada  invasi yang dilakukan .Â
Namun, mobilisasi Armada militer ini dilakukan untuk daerah daerah yang ada di perbatasan  antar Rusia dan Ukraina. Kemudian ini juga menuai respon dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Joe Biden juga meyakinkan presiden Ukraina bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina.
Selanjutnya pada Bulan Januari 2022, lebih banyak lagi dinamika yang terjadi antara kedua negara ini. 24 Januari 2022, untuk menjaga stabilitas, NATO kemudian menempatkan pasukan dalam keadaan siaga di Eropa Timur. Dan ini juga menuai respon dari Rusia.
Pada 26 Januari 2022, Washington sampaikan kembali bahwa ada komitmen terhadap kebijakan pintu terbuka NATO. Artinya negosiasiyang diminta Vladimir Putin terkait dengan Ukraina tidak boleh masuk NATO. Ini masih akan dipikirkan kembali dengan adanya kebijakan pintu terbuka NATO.