Athos memiliki kepribadian yang tenang, jarang berbicara, cerdas, dan cukup bijak dalam menyikapi suatu hal. Adapun Porthos memiliki wajah tampan tapi paling cerewet dan tidak bisa diam di antara ketiganya, sedangkan Aramis dikenal sebagai orang alim dan dianggap lebih pantas untuk jadi pendeta dibanding menjadi musketeer.
Awal pertemuan D'Artagnan dengan tiga musketeers ini tidak cukup baik. D'Artagnan bahkan mengajak duel masing-masing Athos, Porthos, dan Aramis. Namun ketika bertemu di lokasi perjanjian, sesuatu yang terjadi membuat mereka akhirnya menjadi dekat dan melupakan perdebatan yang terjadi sebelumnya.
Ketika membaca buku ini, saya sebenarnya agak heran kenapa judul bukunya hanya menyebut tiga orang musketeer, sedangkan tokoh utama di sepanjang cerita ada empat orang. Memang awalnya D'Artagnan tidak bergabung dalam kelompok musketeers karena usianya yang belum mencukupi --yang menyebabkannya bergabung di bawah pimpinan Monsieur Des Essarts-- tetapi kejadian demi kejadian membuat D'Artagnan berhasil bergabung dengan kelompok para musketeers.
Konflik di dalam buku ini lumayan kompleks. Bermacam-macam masalah terjadi namun agaknya seluruh masalah bermuara ke satu titik yang sama, yaitu masalah percintaan.Â
Ada kasus D'Artagnan yang jatuh hati kepada Madame Bonnacieux, istri dari pemilik rumah dimana D'Artagnan tinggal, sekaligus menjadi salah satu orang kepercayaan Ratu Anne. Ratu Anne sendiri memiliki skandal dengan Duke of Buckingham dari Inggris. Di sisi lain Kardinal mengupayakan segala cara untuk membongkar perselingkuhan Ratu Anne. Adapun tiga musketeers, yaitu Athos, Porthos, dan Aramis juga memiliki kasus yang tidak jauh beda dari lainnya. Porthos menjalin hubungan dengan istri orang lain (sebenarnya hanya untuk memanfaatkannya), Aramis yang dikenal alim dan lebih cocok menjadi pendeta ternyata diam-diam juga memiliki kekasih, serta Athos yang paling misterius namun memiliki rahasia besar bersama wanita yang kelak menjadi "biang kerok" dan dapat disebut sebagai akar permasalahan dari seluruh tokoh di dalam buku ini.
Sepertinya akan sangat panjang jika ingin menuturkan alur dari buku berjumlah 891 halaman ini. Yang pasti, di antara seluruh tokoh, saya paling kagum dengan Athos. Pembawaannya yang tenang, bijak, cerdas, sekaligus misterius menjadi salah satu hal yang paling menarik, terutama saat dirinya sendiri secara tidak sengaja membeberkan rahasianya kepada D'Artagnan yang selama ini dipendam olehnya.Â
Kekurangan dari buku ini adalah cukup banyak kesalahan pengetikan (typo) yang saya temui selama membacanya. Bahkan ada yang sampai satu paragraf dalam satu halaman tulisannya typo semua. Lucu sekali. Namun meski bagitu, alurnya cukup ringan dan mudah dipahami, jadi banyaknya typo tidak menjadi masalah untuk bisa mengerti alur cerita ini. Mungkin hanya lebih ke gangguan mata hahaha.
Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca meski waktu yang dibutuhkan cukup lama, seperti saya. Bukunya dibeli tahun 2019, tahun 2020 digunakan untuk mengumpulkan niat baca, dan tahun 2021 akhirnya berhasil khatam di bulan Januari. Bacanya kurang dari sebulan, tapi kumpul niatnya ada setahun hahaha. Dan terakhir, untuk menulis ini pun saya menunda selama dua bulan lamanya. Rencana awal ingin menulis pas selesai baca bukunya di bulan Januari, tapi baru terealisasi di bulan Maret.Â
Busyeeet, benar-benar perjalanan panjang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H