150 Kompasianer Menulis dari Opa Tjip hingga sampai di rumah saya (lebih tepatnya sih rumah orang tua, hehe).
Wah sudah masuk bulan Maret. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali saya menulis di Kompasiana. Malam ini mumpung sedang tidak menjadi budak tugas kuliah, saya mau cerita sedikit perjalanan buku10 Januari 2021 saya menulis artikel yang berjudul Lelaki "Asing" yang Kupanggil Opa untuk Opa Tjiptadinata beserta istri yang sedang memperingati hari ulang tahun pernikahan mereka. Ide brilian dari Opa Tjip untuk membukukan tulisan dari para kompasianer membuat saya sangat tertarik. Kesempatan terbuka lebar bagi siapa saja yang berminat. Dan tentu saya tidak ingin ketinggalan dong!
Setelah beberapa kali berinteraksi dengan Pak Ikhwanul terkait banyak hal (tentang artikel, foto, alamat), akhirnya saya mendapat pesan singkat yang mengabarkan bahwa bukunya sudah dikirim. Ah, senangnya!
Tapiii, ada sebuah kejadian yang terjadi sebelum bukunya benar-benar tiba di tangan saya. Ketika kurir mengantarkan paket, saya bersama keluarga sedang tidak di rumah waktu itu. Rumah kami kosong melompong, ditinggal selama tiga hari mengunjungi kota sebelah setelah mendapat kabar duka dari keluarga kami yang meninggal dunia. Kami menginap di rumah nenek selama dua malam.
Sabtu malam, saat masih di kota sebelah, saya mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Saya jarang tidak mengangkat telepon sebenarnya, tapi saat itu entah kenapa saya ogah-ogahan mengangkat telepon dari nomor asing itu. Tidak diangkat tapi saya juga penasaran rupanya. Hahaha dasar!Â
Saya kemudian mengecek kontaknya di aplikasi getcontact untuk mengetahui siapa orang tersebut. Ternyata dia penghuni kost yang tinggal di dekat rumah. Saya sempat bertanya-tanya kenapa dia menelfon. Tumben, saya bahkan nyaris tidak pernah berinteraksi sama sekali dengan dia. Salah sendiri tidak mengangkat telepon kan, jadi penasaran.
Tidak lama kemudian saya menerima pesan dari Pak Ikhwanul yang berisi foto riwayat pengantaran buku tersebut. Yang paling akhir menandakan bahwa buku sudah diserahkan ke penerima atas nama Alfina. Lhooo, saya kaget. Wong saya belum terima bukunya.
Dengan mengandalkan feeling asal-asalan, saya berpikir mungkin buku itu diterima sama tetangga yang tinggal di kosan dekat rumah, dan mungkin juga karena itulah dia menelpon. Dan ternyata feeling saya benar. Setelah mengonfirmasi via whatsapp,beliau mengabarkan bahwa buku saya ada sama dia. Baiklah, saya minta tolong untuk dititip satu malam karena saya baru pulang keesokan harinya.
Akhirnya, hari Ahad kemarin saya resmi menerima buku yang berisi kumpulan tulisan dari para kompasianer. Yeaaay! senang sekali rasanya. Finally, ada karya yang bisa dibanggakan di umur 21 ini hahaha. Tulisan saya yang alakadarnya (tapi tentunya ditulis dengan sepenuh hati dan jiwa) berhasil nyempil di antara tulisan para kompasianer yang hebat-hebat. Alhamdulillah.
Lewat tulisan ini saya mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Opa Tjip beserta istri yang telah menginisiasi ide brilian ini sekaligus mensponsori seluruh proses dari pembuatan buku hingga tiba ke tangan kami tanpa mengeluarkan sepeserpun biaya, kepada Pak Ikhwanul Halim yang juga telah bekerja keras menyunting, mencetak, hingga mengirim buku ke rumah kami, kepada para kompasianer, semoga sehat selalu, dan tentunya kepada Kompasiana yang telah memberi ruang bagi para kompasianer untuk menulis, bercerita, dan menjalin pertemanan. Semoga hubungan baik akan terus terjaga sampai kapan pun. Buku ini akan menjadi kenangan berharga untuk kita semua. Terima kasih!
ssstttt, ngomong-ngomong tulisan saya di halaman 195 ya! hahahaha :p