Mohon tunggu...
Alfin Ardianto
Alfin Ardianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Habis Pilpres Terbitlah Pilkada: Adu Popularitas atau Kompetensi ?

20 Juli 2024   10:36 Diperbarui: 20 Juli 2024   10:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar radar solo.com

Kontestasi politik pemilihan presiden telah selesai yang menjadikan pasangan Prabowo-Gibran menjadi presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, pasangan ini berhasil  mengalahkan dua kandidat lainnya dengan angka yang cukup jauh.

    Namun kemenangan ini meninggalkan begitu banyak pemberitaan di masyarakat baik tentang kecurangan dengan bansos dan sistem yang dijelaskan dalam film Dirty Vote, lalu keterlibatan presiden jokowi hingga pelanggaran etika di MK dengan mengubah undang-undang demi melancarkan pencalonan Gibran.

   Namun nasi sudah menjadi bubur, Kini keramaian Pilpres beralih ke pilkada beberapa bulan lalu terjadi kembali perubahan peraturan yang kini terjadi di MA dan karena ini para pengamat mengatakan bahwa hal demikian di lakukan demi melancarkan pencalonan Kaesang yang notabene adalah adik dari Gibran sebagai colon gubernur atau wakil gubernur.

    Tentu hal ini memiliki kesamaan format dengan sebelumnya, hukum kini dijadikan alat politik demi segelintir golongan. Hadirnya Gibran dan kaesang dalam kontestasi politik nasional ini selalu di narasikan bahwa tahun ini adalah tahun anak muda dan kalimat-kalimat "penghibur" bagi masyarakat yang tidak melihat kompetensi dari calon.

   Seperti yang sudah diketahui bahwa Gibran menjadi calon wakil presiden hanya dengan modal pernah menjabat sebagai walikota Solo selama dua tahun dan Kaesang yang baru masuk partai namun langsung menjadi ketua partai, anak muda mana yang bisa melakukan ini jikalau bukan anak kandung Presiden.

   Dengan menggunakan istilah "anak muda" ini tidak sedikit masyarakat yang hanya melihat sosok bukan kompetensinya, padahal nantinya yang akan membuat keputusan dan menjalankan kebijakan yang baik atau buruk dilihat dari kompetensinya bukan hanya popularitasnya.

    Bagai bola salju yang terus menggelinding, pencalonan sosok pemimpin yang banyak dikatakan kurang berkompeten kini berlanjut, siapakah sosok itu ? yap betul sekali, dia adalah seorang standup comedian, Marchel Widianto yang di usung partai Gerindra sebagai calon wakil walikota Tangerang selatan dengan segala hal kontroersial yang dibuatnya dan baru-baru ini PSI yang di ketua Kaesang mendukungnya maju bersama kader Gerindra Ahmad Riza Patria.

     Apa yang terjadi dan apa yang dipikirkan oleh para pejabat negara ini apakah hanya kepentingan kekuasaan ? semua hanya berdasar pada kepopularitasan bukan kompetensi, semua hanya sebagai politik balas budi bukan menjalankan politik berdasarkan kepentingan rakyat.

    Lalu siapakah kini yang punya andil besar dalam terpilih atau tidaknya sosok-sosok yang demikian, jawabannya adalah rakyat, dalam demokrasi kesetaraan adalah mutlak one man one vote, jadi jika kita tidak ingin dipimpin oleh orang yang kurang memiliki pengalaman politik yang baik maka jangan dipilih, mengapa demikian ? karena apapun kebijakan yang dihasilkan oleh calon yang nanti menjabat akan menimpa kita, rakyat.

   Maka apabila partai atau pemerintah melakukan pengambilan keputusan yang sembrono maka ujung perlawanannya adalah pada pilihan rakyat itu sendiri, marilah lebih cermat dan marilah untuk mau belajar lebih baik dalam memilih.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun