Kopi menjadi satu minuman yang paling digemari di dunia, rasanya memang pahit namun dia memiliki tempat tersendiri dihati penikmatnya. Segelas kopi tidak hanya menjadi teman bersantai dikala sendiri, namun bisa juga menyatukan banyak orang disatu meja yang sama.
   Minum kopi sudah menjadi budaya sejak lama dan meluas tak terkecuali ke indonesia, bahkan indonesia menjadi salah satu negara penghasil kopi terbesar didunia bersama Brasil dan Vietnam, tak heran jika masyarakat Indonesia begitu menyukai minuman satu ini.
  Bisnis kedai kopi pun menjamur hampir diseluruh daerah mulai dari kedai dipinggir jalan seperti warkop, angkringan hingga pedagang keliling yang menjual kopi kemasan dengan harga yang relatif murah.
   Bisnis kopi pun banyak yang menggunakan konsep yang lebih modern dan menarik secara tempat untuk dijadikan spot foto, seperti cafe baik yang berada di pinggir jalan hingga di dalam Mall bahkan banyak restoran yang tidak jarang menyedikan kopi dalam daftar menunya namun tentu dengan harga yang lebih mahal.
  Lantas apa yang menjadi keinginan utama seseorang untuk datang kedai kopi, apakah murni hanya ingin menikmati segelas kopi, mungkin saja tidak.
  Bagi pecinta kopi rasa adalah utama namun begi mereka yang sebagai penikmat dan tidak tahu seluk beluk dan rasa kopi yang mana yang paling nikmat, tentu berkumpul dan berbincang adalah utama.
  Di sebuah kedai atau coffe shop beberapa orang bisa duduk berjam-jam, menghabiskan lebih dari satu gelas kopi dan beberapa cemilannya, memfoto hidangannya, meng-uploadnya sebagai konsumsi media sosial dan "membudaya" seakan-akan pamer.
  Berbicara dari kanan-kira hingga atas bawah tentang pekerjaan, kuliah, politik, sosial hingga isu-isu hangat perselingkuhan yang tidak penting. Mengutip dari sebuah lirik lagu Band asal Jakarta yaitu The Adams berjudul "pelantur" dimana dalam potongan liriknya berbunyi "kau mengkritisi, berfilosofi dan berteori tanpa makna tanpa isi, seakan yang paling megerti". yang dalam lirik ini mencerikan bahwa kadang kala banyak orang berbicara kesana kemari tapi sebenarnya tidak mengetahui apa maknanya.
  Hal demikian banyak terjadi dimana-mana dan oleh siapapun, namun barang kali inilah bagian dari sebuah cara menikmati saat dikedai kopi yaitu berbincang-bincang, tentu banyak kritikan dari hal ini ada yang bilang sebagai kebiasaan pamer, kebiasaan nongkrong tidak jelas hingga sempat viral beberapa waktu lalu tentang beberapa pemuda yang datang di cafe namun hanya dua orang saja yang memesan dan membuat pemilik cafe itu merasa dirugikan.
  Penilaian-penilaian ini tentu tidak bisa dibenarkan atau disalahkan seratus persen karena tentu saja banyak hal positif dan ide-ide hebat lahir dari sebuah perbincangan di kedai kopi, barang kali ini kembali menjadi perhatian bagi setiap individu bagaimana seharusnya dia berperilaku di sebuah kedai kopi atau dimanapun. Berdiskusi mencari dan bertukar ide, bersantai menghilangkan penat atau membuang waktu jam-jam lalu pulang.