Mohon tunggu...
Alfin Ardianto
Alfin Ardianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bekerja di Luar Negeri, Keinginan atau Keterdesakan?

17 Juli 2024   16:54 Diperbarui: 17 Juli 2024   16:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Ketika seseorang telah menyelesaikan pendidikannya baik dibangku SMA sederajat maupun di perguruan tinggi maka sudah dipastikan individu itu akan mencari pekerjaan yang dia ingini sebagai tahap dalam menjalani kehidupannya.

    Fenomena hari ini masyarakat banyak sekali disuguhkan pemberitaan tentang sulitnya mencari pekerjaan apalagi bagi mereka yang baru lulus dari pendidikannya, hal ini berkaitan dengan pengalaman yang diminta oleh perusahaan yang kadang kala terlalu tinggi.

    Sementara itu pada tiap tahunnya pasti akan selalu ada lulusan-lulusan baru yang bermunculan, dengan syarat yang terlalu tinggi itu sering kali mereka akan menjadi buruh pabrik dengan gaji UMR (Upah Minimum Regional).

   Jika membicarakan UMR maka sering dikeluhkan bahwa karyawan yang menerima gaji UMR merasakan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya hingga gaji berikutnya tiba hal ini selalu  menjadi sorotan bagi masyarakat setiap tahunnya.

    Mengenai hal ini masyarakat kini memiliki upaya lain dalam mencari pekerjaan yaitu bekerja atau magang di luar negeri,namun perrtanyaannya saat mereka pergi keluar negeri, apakah hal ini berdasarkan pada keinginan atau kebutuhan yang mendesak ?

   Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat Indonesia sering kali bekerja menjadi TKW atau TKI untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.  Dan fenomena hari ini LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) banyak menjamur di daerah-daerah dimana mereka menawaran jasa pelatihan bagi mereka yang ingin bekerja di luar negeri. Lalu mengapa hal ini marak terjadi seperti sudah "membudaya bagi rakyat Indonesia ?

   Jawaban yang pasti adalah tingkat kemiskinan di Indonesia, walaupun pemerintah selalu berbicara bahwa angka kemiskinan tiap tahun selalu turun akan tetapi menurut data BPS pada Maret 2024 angka kemiskinan di Indonesia masih mencapai 25,22 juta orang dan tentu ini bukanlah angka yang kecil.

   Faktor lain yang juga mempengaruhi ialah perihal gaji, dimana kebanyakan orang ingin pergi adalah gaji di luar negeri yang tergolong tinggi, namun bagaimana dengan kebutuhan disana apakah tidak sama besarnya, jika iya bukannya akan sama nilainya dengan bekerja di Indonesia ?

   Ada juga sebab lain yaitu masih banyaknya praktik pungli atau calo di berbagai sektor dan wilayah pekerjaan di Indonesia, dimana pekerja dimintai uang sebeleum masuk bekerja, tentu ini sebuah ironi yang memedihkan. rasa kecewa selalu memancar dari raut wajah golongan menengah kebawah. 

     Disisi lain negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Jerman sedang mengalami krisis angka kelahiran sehingga mereka membutuhkan tenaga kerja tambahan di berbagai sektor dan ini yang diisi oleh masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun