Masalah pendidikan dalam pendidikan sekolah, menyebabkan pendidikan non formal mengambil peran untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam mengurangi masalah tersebut. Sudjana mengemukakan peran pendidikan non formal adalah sebagai “pelengkap, penambah, dan pengganti" dengan penjabaran sebagai berikut:
- Sebagai pelengkap pendidikan sekolah : Pendidikan non formal berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan jalan memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam pendidikan sekolah. Seperti kursus, bimbingan belajar dan pelatihan.
- Sebagai penambah pendidikan sekolah : Pendidikan non formal sebagai penambah pendidikan sekolah bertujuan untuk menyediakan kesempatan belajar kepada: Peserta didik yang ingin memperdalam materi pelajaran tertentu yang diperoleh selama mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah, alumni suatu jenjang pendidikan sekolah dan masih memerlukan layanan pendidikan untuk memperluas materi pelajaran yang telah diperoleh, mereka yang putus sekolah dan memerlukan pengetahuan serta keterampilan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau penampilan diri dalam masyarakat.
- Sebagai pengganti pendidikan sekolah : Pendidikan non formal sebagai pengganti pendidikan sekolah meyediakan kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa yang karena berbagai alasan tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki satuan pendidikan sekolah.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Terbukanya kesempatan memperoleh pendidikan ini belum mampu menarik minat warga masyarakat untuk mengikuti pembelajaran secara intensif. Kebutuhan terhadap pendidikan masih dipandang belum mendesak.Â
Tujuan mereka mengikuti program pendidikan kesetaraan masih berfokus pada perolehan ijazah, dan belum berfokus pada kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini berpengaruh pada intensitas mereka dalam mengikuti pembelajaran. Jumlah kehadiran warga belajar dalam pembelajaran juga rendah.Â
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2014, dari 15 warga belajar yang terdaftar, hanya sekitar 8 warga belajar yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, selebihnya hanya datang pada saat ujian program Paket B. Penyebab munculnya permasalahan di atas, terutama karena materi pelajaran didalam program Paket B masih belum berfokus pada pemecahan masalah yang nyata dihadapi warga belajar.
Problematika manajemen kelembagaan PNF di masyarakat ialah kurangnya sosialisasi kelembagaan yang menyebabkan masyarakat masih kurang mengenal dan memahami fungsi dari pendidikan non formal itu sendiri. Dengan begitu, manajemen kelembagaan PNFI belum bisa bekerja dengan baik.Â
Hal yang harus di perhatikan dari problematika ini, memaksimalkan sosialisasi atau mengadakan penyuluhan-penyuluhan terkait lembaga pendidikan non formal guna memperkenalkan lembaga PNF ke khalayak luas dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya lembaga pendidikan non formal ini. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan menyebabkan tingginya angka pengangguran, anak jalanan, dan kemiskinan. Hal ini merupakan tugas dari lembaga pendidikan non formal untuk membantu menyetarakan pendidikan di daerah-daerah tertinggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H