Oleh: Syamsul Yakin dan Alfiyyah Saaddi (Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Sebuah seni keterampilan yang dapat kita pelajari salah satunya adalah pidato. Berpidato ini memerlukan latihan dan kebiasaan berbicara di depan umum. Selain latihan dan kebiasaan, jika seseorang menginginkan aksi pidato nya lebih baik dia harus memiliki pengetahuan seputar linguistik agar kalimat yang diucapkan bervariasi, menarik peminat, dan indah.
Mempersiapkan pengetahuan linguistik ini juga berguna agar tujuan yang ingin disampaikan dalam pidato tersebut tersampaikan dengan baik, bersifat informatif, persuasif, dan menghibur.
Kemudian, agar tujuan-tujuan terampil linguistik untuk pidato tersebut dapat tercapai diperlukan persiapan-persiapan yang matang.
Pertama, mempersiapkan topik pidato. Topik pidato ini penting untuk pembicara agar pokok persoalan dapat terjabarkan dengan baik. Topik pidato bersifat general dan abstrak, biasanya tercantum secara rinci dalam judul pidatonya.
Kedua, setelah menetukan topik yang ingin dibicarakan, pembicara perlu menentukan isi materi tersebut memiliki tujuan yang informatif, persuasif, atau rekreatif. Tujuan tersebut perlu ditentukan sesuai dengan si pembicara. Contohnya, pidato seorang menteri pasti bersifat informatif, pidato seorang politisi yang bersifat persuasif, pidato para selebriti bersifat menghibur, dan pidato para penceramah agama harus informatif, persuasif, dan rekreatif.
Ketiga, isi pidato harus berkualitas. Isi pidato yang berkualitas memerlukan latihan literatur yang baik dan sering. Bukan hanya buku, hasil survey atau dokumen dan berbagai macam literasi pun perlu dipelajari dan dipahami.
Selanjutnya, terdapat tahapan teknis dalam berpidato. Tahapan teknis ini yaitu membuat kerangka pidato seperti: pembukaan, isi, hingga penutup. Dalam pembukaan atau pendahuluan, perlu dipastikan pidato harus bersifat interogatif.
Pidato juga dapat dicerna dan diingat jika pembicara menggunakan penyebutan numerik, menyebutkan angka. Bisa dengan menguraikan dengan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Kemudian, Pidato dapat ditutup dengan jawaban singkat dari isi topik yang dikemukakan.Â
Persiapan-persiapan sebelum berpidato tersebut dapat disesuaikan kembali kepada pembicara, pendengar pidato, situasi saat berpidato, maupun kelengkapan media tambahan dalam suatu aksi pidato yang dapat dipakai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H