Seperti halnya di Indonesia, kemunculan hallyu dipandang sebagai fenomena perubahan citra yang dramatis karena kemunculan budaya dan produk Korea di Indonesia meningkatkan popularitas negara tersebut. Kemunculan drama dan musik Korea di televisi membuat masyarakat Indonesia mengganti citra Korea Selatan yang sebelumnya merupakan citra baru. Disini masyarakat bisa melihat bagaimana persepsi bangsa Korea ditransformasikan menjadi produk visual baru berupa drama dan musik. popularitas budaya.Â
Korea memberikan citra positif terhadap konstruksi Asianisasi di seluruh dunia. Globalisasi dipahami sebagai hasil dari perjalanan modern dunia. Hallyu, atau Korean Wave, sebagai gejala budaya populer di seluruh dunia, telah banyak dikonsumsi.
 Di kalangan konsumen budaya populer, seperti halnya produk Korea ini, mereka tidak hanya melihat produk sebagai pemuasan kebutuhan sesuai fungsinya, tetapi konsumsi produk dilihat berdasarkan makna simbolis dari produk yang dibeli. Bisa jadi pola konsumsi ini berfungsi untuk membentuk atau mempertahankan identitas diri melalui produk yang dibeli.
Namun, ini juga bisa tentang kepuasan kepemilikan dan preferensi. Budaya populer Korea, juga dikenal sebagai Hallyu, mengacu pada kerangka referensi budaya pop yang disajikan oleh media Korea, serta nasionalisme komersial yang termanifestasikan dalam tren budaya regional sebagai kejayaan budaya Korea. Dengan kata lain, Hallyu merupakan gelombang produk budaya pop Korea yang mampu menguasai pasar hiburan di Korea dan negara-negara di luar Korea.
 Hallyu (Gelombang budaya populer Korea) merupakan budaya populer Korea yang berhasil mendominasi dan mengubah status budaya pop yang sebelumnya berkembang di Indonesia, seperti Hollywood, Bollywood, Taiwan, dan Jepang. Karena Korea memiliki strategi untuk bertahan dalam persaingan global. Korea berhasil mengemas produk budayanya sebagai barang ekspor yang potensial.
Â
C. Dampak Positif dan Negatif Budaya Populer
Â
Pengaruh negatif budaya pop juga membuat kita semakin hedonisme. Iklan adalah sarana untuk memfasilitasi arus kapitalisme. Tidak jarang anak muda di Indonesia menjadi korban iklan. Menurut Marcuse, iklan mempromosikan kebutuhan palsu, contohnya keinginan untuk menjadi tipe orang tertentu, memakai jenis pakaian tertentu, makan jenis makanan tertentu, minum minuman tertentu, menggunakan benda tertentu, konsumeris, sikap individualistis, kesenjangan sosial, materialistis, gaya hidup mewah.
Budaya populer juga memiliki pengaruh positif, seperti televisi yang juga menyiarkan program-program bermanfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Intinya, meskipun budaya pop dianggap memiliki dampak negatif, hal itu tidak lagi negatif jika ditangani dengan baik. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Berikut dampak positif fenomena budaya popular :
 Hiburan dan Kenikmatan: Budaya populer memberikan hiburan dan kenikmatan kepada masyarakat. Musik, film, acara televisi, dan aktivitas hiburan lainnya