Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sehelai Sirih Islam Hulu Sungai Kalimantan Selatan

13 Juli 2023   10:20 Diperbarui: 23 Agustus 2023   20:52 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kubah Pa Tuan Guru Haji Japri Desa Mandingin barabai (Dokumen Pribadi)

Sehelai Sirih Islam Hulu Sungai kalimantan Selatan

Oleh: Andin Alfianoor Ansyarullah Naim

Jika kita mau sedikit meluangkan waktu, Ketika berjalan-jalan ke Hulu Sungai, dan mau melihat ke kiri dan ke kanan jalan, mungkin kita akan menemukan beberapa kubur-kubur dengan bangunan kecil sederhana, yang beberapa diantaranya ada ditumbuhi sarang anai-anai atau rayap yang meninggi. Bangunan tersebut adalah Kubur-kubur ulama, kubur-kubur ulama itu bahkan hampir-hampir ada disetiap kampung di Hulu sungai. Di Hulu sungai Kubur-kubur ulama itu biasanya disebut kubah atau "kubur bakaramat", kubah-kubah tersebut dibangun dengan bentuk yang sederhana, dan mempunyai ciri-ciri tertentu, biasanya diberi bangunan atau penutup dan kandang, dan diberi kain kuning yang menutupi atau menjadi ciri  dari kubur ulama tersebut, kain kuning sendiri merupakan kain keramat bagi urang hulu sungai, dan ciri unik lainnya adalah adanya tumbuhan kembang melati di kubur tersebut.

Menariknya, tidak semua Kubah tersebut mudah ditemukan, terkadang tersembunyi dibalik pepohonan, dibelakang atau disamping rumah, Langgar/ Mushala atau Mesjid, hanya dengan kejelian mata sahaja kita untuk bisa menemukan kubah-kubah tersebut. Bangunan kubah-kubah tersebut umumnya terawat dengan baik, namun banyak juga diantaranya yang terbengkalai, menua, lapuk dan terlupakan. Orang Hulu Sungai memang tidak mempunyai tradisi mengagungkan makam atau kuburan yang berlebihan, tradisinya hanya menandai kubur Ulama atau tokoh Islam dengan sesederhana mungkin.

Di Hulu sungai tidak ditemui sistem kekerabatan dalam ke-ulama-an dengan gelar keturunan tertentu, misal gelar Gus bagi anak dan keturunan Kiai (Ulama) seperti di Pulau Jawa. Dalam tradisi Islam Hulu Sungai, Ulama biasa disebut dengan gelar Pa Tuan Guru haji, Pa Tuan Guru, Tuan Guru, Guru, mempunyai tingkatan hanya dalam hal otoritas keilmuan sahaja bukan dalam hal keturunan, jadi meskipun seseorang itu anak dari seorang Ulama tapi dia tidak mempunyai otoritas keilmuan yang mumpuni maka dia tidak akan mempunyai tempat istimewa di tengah masyarakat. Tapi jika seseorang mempunyai keilmuan yang mumpuni dalam ilmu agama, biasanya menguasai ilmu-ilmu ushul agama islam yang benar-benar otoritatif maka dia akan dihormati dan diberi tempat di tengah masyarakat tanpa peduli dia keturunan manapun atau siapapun.  Di Hulu Sungai pula Jabatan Formal Keagamaan Islam dalam pemerintahan seperti Penghulu, Mufti, Qadi, Lebai atau Labai, juga sudah tidak begitu dikenal lagi akibat perubahan sistem pemerintahan dalam beberapa dekade ini, tapi masih teringat samar-samar dalam ingatan mengenai jabatan-jabatan tersebut yang masih disebut-sebut keluarga dan masyarakat.

Harus dipahami juga, bahwa ada perbedaan antara Ulama yang menjadi pejabat keagamaan dan Ulama di luar pemerintahan, meski keduanya sama-sama mempunyai ilmu agama yang mumpuni. Jabatan Keagamaan islam menjadi bagian pemerintahan, sehingga dia mempunyai otoritas Formal dan tanggung jawab tertentu terhadap negara atau pemerintahan saat itu, dimana perannya sangat penting untuk menjaga stabilitas. Berbeda dengan ulama yang bebas tanpa beban tanggung jawab seperti dimiliki oleh Pejabat Islam di pemerintahan. Hari ini tidak seperti jaman dulu tentunya, dahulu pengaruh Pejabat Islam di pemerintahan sangat kuat, apa yang yang kita rasakan hari ini dalam peradapan islam di Hulu sungai pada dasarnya tidak terlepas dari campur tangan Ulama yang menjadi Pejabat Pemerintahan di jaman dahulu, mereka mempunyai otoritas dalam mengarahkan, mengatur dan mengembangkan keislaman.

Dalam beberapa Kubah (tidak semua kubah) tersebut muncul ciri khas seperti ada sarang anai-anai yang meninggi atau oleh orang hulu sungai sebut dengan "balambika", sering sekali kubur keramat itu disebut "kubur babalambika". Uniknya jikapun kubur ulama tersebut berada pada pekuburan umum beberapa (tidak semua kubur) malah tetap ditumbuhi sarang anai-anai yang beberapa diantaranya (sarang anai-anai tersebut) juga meninggi sampai hampir satu meter atau lebih, sarang anai-anai tersebut tidak mengganggu atau tumbuh disembarang kubur, dan tidak akan tumbuh di kubur disampingnya, menariknya lagi sangat jarang kubur selain kubur ulama yang ditumbuhi sarang ana-anai.

Secara pribadi saya membatasi tulisan ini hanya pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah atau yang lebih dikenal dengan sebutan daerah Barabai, daerah yang dahulu disebut dengan daerah "Alai". Dari perbatasan manapun kita memulai perjalanan, maka kita akan mudah mendapati kubah-kubah Ulama di Barabai, sekali lagi kita akan mendapati kubah-kubah tersebut dengan catatan harus dengan kejelian mata, Kubah ulama tersebut umumnya merupakan ulama-ulama tua. Kultur tanah yang lebih keras juga mungkin menjadikan kubah-kubah tersebut mudah ditumbuhi sarang anai-anai yang menjadi ciri mencolok dari kubah tersebut.

Kubah-kubah di Barabai mungkin berjumlah ratusan kubah, dan mungkin saya berlebihan menyebut bahwa akan sulit mencari tandingan banyaknya kubah-kubah ulama seperti di Barabai di daerah Hulu sungai, dan apabila digabungkan dengan kubah-kubah lain di seluruh Hulu sungai, baik kubah yang ada di Kabupaten Tapin di Rantau dan Margasari,   Kabupaten Hulu sungai Selatan di Kandangan dan Negara, Kabupaten Hulu Sungai Utara di amuntai, alabio , Babirik, kabupaten Tabalong baik di Kalua dan Tanjung, dan Kabupaten Balangan atau paringin, maka seluruh gabungan Kubah Ulama di Hulu Sungai akan sulit dicari tandingannya di kawasan regional sekitarnya.

Sebagian dari kubah tersebut berusia ratusan tahun, beberapa yang saya ketahui ulama tersebut hidup di Jaman Belanda, dan mereka berpendidikan di Haramain atau di Mekkah Madinah dan mesir, atau daerah lainnya. Untuk ulama di Barabai, rerata Pendidikan dasar mereka diperoleh di Barabai, dan melanjutkan ke distrik Negara atau Alabio baru kemudian melanjutkan ke Haramain atau mesir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun