“Oh, indah sekali Guru.” Sang murid kembali ceria.
“Time’s up, son. Pamit dulu yaaak! Tenanglah, meski kita tak bisa bertemu di fesbuk lagi, tapi kita dpt bersua dlm mimpi-mimpimu. Tuhan menciptakan mimpi sbg media komunikasi antara yg masih hidup dengan yg sudah mati, meskipun, itu limited edition.. tergantung siapa yg dapet doorprize.
See You again, anakku, cintaku” Sang Guru pamit dari mimpi
“Aku mencintaimu, wahai Guru..!! Laksana Persamaan mencintai Perbedaan yang takkan pernah terpisahkan, demikian sebaliknya.. hiks!” Sang murid terisak, menangis pilu, terbangun dari mimpi.
*Ayam-ayam berkokok, sama-sama berkokok tetapi dngn intonasi yg berbeda*
Sang murid meneruskan hidupnya, tetap bersama Sang Guru tercinta, yang terkadang menjadi angin atau batu, berwujud serpihan derita atau kerenyahan tawa, terbias imajinasi, terkikis nyata….
ZzzZzzzZZzzzzZZzzzzZzzzzZZZZzzZZZzzzZZzzzzzzZZZZZzzz…..
gudnait efriwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H