Kalijodo, nama yang tak asing bagi kita. Sebuah tempat di kawasan Jakarta Utara yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik yang cukup hangat. Mencuatnya Kalijodo menjadi topik hangat beberapa waktu lalu, bahkan sampai sekarang bermula dari sebuah kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Daan Mogot KM 15, Kalideres, Jakarta Barat pada hari Senin tanggal 8 Februari 2016 sekitar pukul 4.10 WIB. Tragedi nahas ini menewaskan 2 korban yang tak lain adalah pasangan suami istri Zulkafli dan Nur Aini.
Tersangka dari tragedi maut ini mengakui bahwa pihaknya dalam pengaruh alkohol ketika akan pulang dari salah satu cafe di Kalijodo. Dari sinilah Kalijodo mulai terkuak kembali sebagai tempat prostitusi liar dan perjudian ilegal. Sebenarnya, Kalijodo atau lebih tepatnya Kawasan Kalijodo, Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara ini sudah dari zaman Belanda dikenal sebagai tempat pencarian cinta yang hanya sesaat saja. Hingga saat ini, kawasan yang diapit oleh Kali Angke dan Sungai Banjir Kanal itu masih sangat terkenal sebagai tempat mencari kesenangan yaitu berupa kegiatan prostitusi liar dan perjudian.
Di kawasan Kalijodo itu, tidak hanya para PSK saja yang tinggal di dalamnya. Namun banyak juga warga desa yang berkeluarga normal menetap di kawasan itu. Mereka mempunyai istri atau suami, anak, bahkan kerabat dan saudara yang ikut mendiami tempat itu. Kegiatan prostitusi dan perjudian yang selama ini berlangsung di kawasan Kalijodo, tentunya membawa banyak dampak negatif bagi warga sekitar yang tidak memiliki urusan dalam kedua hal tersebut. Contoh saja dalam satu keluarga yang memiliki anak kecil. Kegiatan semacam itu akan sangat mengganggu perkembangan fisik dan psikologis anak. Tentunya tidak hanya seorang anak dari satu keluarga yang bernasib seperti itu. Tetapi banyak anak-anak yang juga tinggal dikawasan Kalijodo dan terkena dampak negatif dari kegiatan tidak manusiawi itu.
Kalijodo, kawasan prostitusi liar dan perjudian ilegal yang sangat berpotensi dalam mempengaruhi segala perilaku dan pemikiran orang-orang di sekitarnya terutama anak-anak dalam aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Ada 4 aspek penting yang sangat rawan terkena pengaruh dari kegiatan tersebut.
Jika ditinjau dari aspek biologisnya, kegiatan prostitusi yang bisa juga disebut sebagai kegiatan penyimpangan seksual itu sangat memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan otak manusia khususnya pada anak-anak. Ketika mereka tak sengaja melihat adegan tak senonoh itu, maka dalam otaknya akan merasa ketagihan dan kurang terus. Salah seorang ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr, MD mengatakan bahwa adiksi (kecanduan) melihat pornografi, dalam hal ini adalah perilaku yang masuk dalam kegiatan prostitusi, mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik akan mengecil. Tidak hanya itu, pornografi dapat menimbulkan perubahan yang konstan pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrolnya. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya. Orang yang dewasa saja sangat rawan mengalami gangguan seperti itu, apalagi jika hal itu terjadi pada anak kecil.
Selanjutnya dilihat dari segi psikologis, kegiatan prostitusi bisa mempengaruhi perilaku anak. Anak-anak yang tidak sengaja melihat adegan hina itu secara tidak langsung akan merasa malu dan tidak mau menceritakan kepada orang lain. Sehingga kepribadiannya akan terganggu. Anak akan lebih suka menyendiri dengan khayalan-khayalan pornografi di otaknya sehingga akan mempengaruhi memori otaknya. Anak yang sudah sering bersinggungan dengan hal itu, akan lebih menurun memori otaknya dibandingkan anak yang tidak pernah bersinggungan dengan kegiatan hina itu. Bersinggungan bukan berarti kontak fisik secara langsung, tetapi bisa juga dengan melihat atau dengan mendengar percakapan PSK yang berada di kawasan tersebut.
Yang ketiga adalah aspek sosial. Kegiatan prostitusi di kawasan Kalijodo, akan mengganggu perilaku sosial anak-anak. Mereka yang sudah mendapat cerita dari orangtuanya tentang kegiatan yang berlangsung di sekitar rumah yang ditinggalinya, akan cenderung takut berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut terjadi karena mereka merasa harus waspada sehingga, tingkat kewaspadaan yang tinggi seringkali akan menganggu hubungan atau interaksi mereka di masyarakat. Sedangkan anak-anak yang belum pernah mendengar berita tentang kegiatan tersebut, akan lebih berani bahkan dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, sangat berpotensi untuk mencoba melakukan kontak langsung dengan pelaku atau PSK di kawasan itu. Perilaku semacam itu akan mendorong anak untuk lebih dalam menggali kegiatan yang menurut mereka membuat ketagihan dan menyenangkan otak mereka. Hingga pada akhirnya mereka akan memiliki perilaku seksual yang menyimpang.
Aspek terakhir yang sangat berpotensi mendapat pengaruh besar dari kegiatan prostitusi dan perjudian liar di kawasan Kalijodo adalah aspek spiritualitas. Anak-anak dengan bekal spiritualitas yang tinggi dari keluarganya, berpotensi mengalami penurunan kualitas spiritualitasnya. Sedangkan anak-anak dengan modal spiritual yang lemah, akan sangat mudah terjerembab dalam kegiatan gelap itu. Mereka awalnya mencoba-coba ingin tahu bahkan melakukan kegiatan hina itu, melupakan nilai moral yang dimilikinya, hingga pada akhirnya benar-benar kehilangan nilai moral tentang kesusilaan tersebut, yang mana hal itu adalah salah satu komponen dalam aspek spiritualitasnya.
Dari 4 aspek penting yang sangat rawan terkena pengaruh dari bermacam-macam kegiatan dan perilaku sehari-hari tersebut, mari kita lebih waspada dalam menyikapi segala hal dalam kehidupan kita. Berlaku bijak dan tetap berjalan pada garis kehidupan yang bermoral akan sangat membantu bagi kita untuk lebih berhati-hati. Sayangi anak-anak, selamatkan moral bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H