Misalnya, si A menyebut atau memanggil si B dengan kata-kata :"Dasar kecobong lu" atau "Hai kecobong"
Karena si B sakit hati dengan panggilan itu, lantas si B langsung membalas dengan kata-kata yang lebih kotor lagi : "Dasar Anjing lu" atau "Hai anjing".
Baca juga : Jangan Sampai Komunikasi Kita Penuh dengan Caci Maki
Nah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan, untuk orang-orang seperti ini yang telah berani menghina mencaci maki merendahkan dengan nama-nama binatang seperti kecobong, kelelawar, babi hutan, atau kata-kata yang jelas-jelas dikategorikan sebagai najis dalam ilmu fiqih seperti anjing atau babi, maka Nabi bersabda :
"Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai, selama orang yang dizalimi itu tidak melampaui batas." (HR. Muslim no. 2587 dan Abu Dawud no. 4894)
Hadist ini merupakan PR renungan bagi kita semua bahwa kata-kata yang sudah menjadi darah daging dalam diri kita, yang biasa diucapkan, mudah dikeluarkan dari lisan, ternyata dihapan Nabi itu merupakan perbuatan terlarang sekaligus berdosa.
Dengan hadist ini juga, itu sebagai pagar untuk semua anggota tubuh kita terutama lisan yang bukan hanya setiap jam tapi setiap detik mengeluarkan kata-kata yang sering menyakitkan saudara kita.
Mungkin kita menganggap kata-kata itu hanya sebagai bercandan, senda gurau, ucapan reflek karena sudah terbiasa dengan lingkungan, tapi ternyata dihadapan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata kata-kata itu ibarat pedang yang dengan mudah menusuk menyakiti hati saudara kita.Â
Baca juga : Gus Dur Sudah Ajarkan Kritik Tanpa Caci Maki
Luka di luar kulit bisa terlihat oleh mata, bisa dengan cepat kita obati, tapi bagaimana jika luka itu ada pada hati saudara. Kita tidak bisa melihat, merasakan, apalagi mengobati luka sakita hati karena kata-kata kita. Hanya orang lain dan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Mengetahuinya.
Dalam kehidupan sehari-hari tak terasa, jangankan kepada saudara, teman, tetangga, atau orang lain yang baru kenal, bahkan kepada binatang pun yang tak punya dosa dan salah, kita sering tanpa sengaja mencaci maki atau menyakitinya.Â