Pada akuntansi sector public, Pasoloran (2015) menganggap sarana komunitas yang ambisius sebagai salah satu realitas penganggaran pemerintah daerah yang ditafsirkan dalam kerangka hubungan sosial-politik dan kelembagaan. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dan kritis berdasarkan etnologi. Pendekatan Baltik terhadap semiotika, yang memperjuangkan keinginan rakyat, dapat mengungkapkan bahwa Dana Harapan Publik telah sengaja dibuat oleh legislator sebagai bentuk tanggung jawab mereka.
Target pendanaan yang tercantum dalam anggaran untuk program dan kegiatan pemerintah daerah adalah pembenaran untuk pelaksanaan yang tepat dari upaya ini. Pada tingkat mitos, Wish Fund memanifestasikan dirinya sebagai proses alami, suatu bentuk yang memenuhi kewajiban para penganggaran. Tetapi di balik aspirasi tersembunyi dana tersebut adalah kepentingan pribadi, pragmatik, dan citra yang menjelaskan ideologi dominasi legislatif dalam perencanaan anggaran pemerintah daerah.
-Semiotika Barthesian sebagai Pendekatan untuk Mengungkap Makna Anggaran-
Roland Barthes mengembangan metode semiotika dengan sebutan Barthesian. Roland Barthes menekankan hubungan antara tanda dan interaksinya dengan pengalaman dan budaya individu, interaksi antara kesepakatan teks dengan kesepakatan yang dialami dan diharapkan. Gagasan Barthes tentang tanda mencakup dua hal yaitu denotative dan konotasi, gagasan ini berisi tentang tanda yang dikenal dengan "order of signification.
Roland adalah salah satu pemikir strukturalis yang mempraktikkan bahasa saussure dan model semiotika. Roland berpendapat bahwa bahasa adalah sistem simbol yang menjelaskan asumsi sekelompok orang tertentu dalam waktu tertentu. Roland percaya bahwa pembaca memainkan peran penting dalam mempelajari tanda. Lahirnya implikasi dalam sistem tanda membutuhkan peran aktif pembaca untuk menciptakan makna yang bermakna. Roland merinci secara panjang dan lebar tentang apa yang sering disebut sebagai sistem makna tataran kedua (two order significations), yang merupakan hasil dari pembangunan sistem lain yang sudah ada. Ini adalah model semiotik yang dikembangkan oleh Roland  Barthes.  Â
Makna denotatif adalah makna umum atau objektif yang telah menjadi konsensus umum. Dalam tingkat konvensi atau kesepakan yang tinggi terdapat hubungan antara penanda dan petandanya. Denotatif dijelaskan kepada subjek, tetapi konotasi memiliki nilai subjektif atau intersubjektif. Implikasinya adalah cara Anda menjelaskannya. Makna yang berhubungan dengan konten pada tingkat kedua ini adalah tanda yang dpat diartikan menjadi sbeuah mitos. Mitos adalah semiotika tingkat kedua, teori mitos ini dikembangkan oleh Roland untuk menentang ideologi budaya populer (Sunardi, 2007).
Terminologi Roland, di sisi lain, menggunakan implikasi untuk menggambarkan bagaimana tanda bekerja dan memiliki arti tertentu.ketika tanda bertemu dengan pengalaman dan nilai kultural pengguna tanda tersebut, maka disitulah terdapat sebuah konotasi. Makna berkembang secara subjektif dan inter-subjektif. Munculnya implikasi adalah karena pengaruh penafsir dan tanda-tanda lainnya.
Pergeseran dari makna umum (denotsatif) ke konotatif lebih subjektif karena disebabkan oleh penambahasan rasa dan nilai tertentu. Makna denotatif adalah makna yang kebanyakan orang memahaminya. Makna yang hampir bermakna ini hanya dapat dipahami oleh sekelompok orang tertentu, yang jumlahnya relatif kecil. Symbol/tanda akan menjadi lebih berarti apabila memiliki arti lain, baik itu positif maupun negative.
Menurut Roland Barthes, mitologi adalah semacam pidato. Dan mitos merupakan sistem semiotic kuadrat yang diungkapkan dengan tanda atau symbol. Perdebatan mitos terungkap dalam buku Barthes yang berjudul Mythologies (1957). Buku ini terdiri dari dua subbab, "Mythologies" dan "Myth Today". Dalam buku pertama, Barthes membahas topic kntemporer yang lebih sementara seperti gulat, steak, romansa film, anggur dan susu, mobil Citron, fotografi, topeng makeup, novel, fotografi, dan banyak topic popular lain. Tema-tema ini menguraikan mitos modern yang telah muncul dalam masyarakat Prancis. Barthes berusaha untuk mengungkap mitos modern yang tersembunyi melalui artikel surat kabar, foto, film, pertunjukan dan pameran. Penjelasan tentang konsep mitologi saat ini sebagai bagian dari pencarian sistem tanda akan dibahas dalam subbab berikutnya, "Myth Today".
Para peneliti perlu memahami unsur-unsur tanda untuk memperjelas arti atau makna konotatif dari tanda tersebut. Hubungan antara unsur-unsur dari seluruh tanda, dan hubungannya dengan nilai budaya masyarakat. Berikut adalah fitur mitologis yang dijelaskan Roland Barthes dalam bukunya Mythologies (Barthes, 1957).