Bagi seseorang yang mempelajari teologi, khususnya teologi islam, mereka pasti tidak asing dengan aliran yang bernama Murji'ah. Murji'ah sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya menunda, memberi harapan, dan mengesampingkan. Ini memiliki makna bahwa pada masa kedudukan khalifah Ali Bin Abi Thalib, ketika terjadi perselisihan antara aliran Khawarif dan Mu'awiyah, aliran Murjiah menunda pertentangan kedua aliran tersebut dan mengatakannya bisa diselesaikan ketika akhirat nanti.
Aliran Murji'ah terkenal sekali dengan pendapatnya mengenai pelaku dosa besar. Dimana aliran ini berpendapat bahwa walaupun ada orang yang melakukan dosa besar, selama ia masih memiliki kepercayaan terhadap Allah Subhanahu Wata'ala dan tetap mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya, maka ia tetaplah seorang mukmin. Pemikiran seperti ini tentunya membuat beberapa orang akan senang mendengarnya.
Namun faktanya, tidak seindah yang kita bayangkan. Kenapa bisa begitu?, nah pertama tentunya kita harus tau maksud dari pelaku dosa besar. Kedua, kita juga harus tau apa arti dari seorang mukmin. Kedua poin ini dibahas berdasarkan Al-Qur'an dalam Islam.
Dosa besar atau juga disebut al-Kaba'ir merupakan sebutan yang ditujukan untuk dosa yang memiliki siksa yang besar bagi yang melakukannya dengan sengaja. Ibnu Abbas pernah berkata: "Al-Kaba'ir (dosa-dosa besar) adalah setiap dosa besar yang jika disebutkan dalam ayat, maka Allah akan mengakhiri penyebutannya dengan ancaman api neraka, atau mendapat murka-Nya, kutukan atau siksaaan".
Dalam firman Allah Subhanahu Wata'ala yang berbunyi : "Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi," (Q.S Al-'Araf :99)
Arti ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu dosa besar yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah orang-orang yang merasa aman dari ancaman Allah. Maksudnya, ketika seseorang melakukan sesuatu dosa, dan sadar melakukan dosa tersebut tanpa rasa takut dari ancaman Allah Subhanahu Wata'ala, maka itu lah orang yang disebutkan merugi dalam ayat diatas dan termasuk kedalam melakukan dosa besar.
Sebagai contoh ketika seseorang tidak melaksanakan shalat, dia berpikir bahwa itu tidak masalah karena dia masih percaya kepada Allah Subhanahu Wata'ala, dia pun menganggap bahwa dia terbebas dari ancaman Allah dan masih di kategorikan ke dalam mukmin. Namun faktanya, dia sudah membangkang dari perintah Allah dan itu sudah termasuk ke dalam dosa besar.
Mukmin dalam bahasa arab berarti "orang beriman" yang memiliki keimanan yang kuat dalam hatinya. Sedangkan menurut KBBI, mukmin adalah orang yang beriman (percaya) kepada Allah. Di dalam buku "40 Hiasan Mukmin" karya Prof Dr H.Muhammad Chirzin, Mag dan H. Sulaiman Yusuf, mukmin adalah sebutan untuk orang yang senantiasa diliputi iman.
Dalam fiman Allah Subhanahu Wata'ala yang berbunyi :"Apakah manusia mengira semudah itu berkata 'kami telah beriman' tanpa diuji ? (Q.S Al-Ankabut: 2)
Dari ayat di atas dapat kita ambil maknanya bahwa seseorang mukmin itu tidak didasarkan dari pengakuannya bahwa dia itu mukmin, tapi bagaimana dia diberikan ujian dari Allah dan tetap beriman, melaksanakan perintahnya, dan tidak menyalahkan atas apa yang diterima serta tetap bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala, maka inilah yang disebut dengan orang mukmin.
Pada zaman ini khususnya di Indonesia, banyak sekali orang yang meninggalkan kewajibannya sebagai seorang islam. Mereka yang apabila kita tanyai bahwa kenapa dia melakukan dosa atau maksiat, mereka akan menjawab bahwa Allah itu sangat luas pengampunan-Nya. Pemikiran seperti ini sangat salah mengingat kematian itu bisa datang kapan saja dan dimana saja.