Pesawat Kepresidenan RI Langit Halim Perdana Kusuma Jakarta kehadiran “tamu” baru saat itu, tamu yang tidak lama setelah itu menjadi bagian dari pembuktian keperkasaan Indonesia di mata internasional. Begitu kira-kira yang diucapkan salah satu netter (pengguna internet) di sebuah media daring (online) terkait dengan kedatangan pesawat Boeing 737-800 Business Jet 2 Green yang sekarang menjadi pesawat kepresidenan RI.
Kali ini yang dibahas (oleh saya pribadi) bukanlah benar atau tidaknya kita memiliki sebuah pesawat kepresidenan melainkan tulisan ini adalah kumpulan tanggapan-tanggapan terkait pengadaan pesawat kepresidenan RI berharga sekitar 847 miliar rupiah ini. Kumpulan atau dokumentasi dari berbagai sumber ini berusaha saya seimbangkan antara mendukung dan menentang.
Tulisan ini juga akan berisi beberapa kutipan dari sumber-sumber di situs lain, akan saya masukan juga alamatnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa dokumentasi seperti gambar, komentar dari para commenter akan saya masukkan juga karena itulah bahan saya menulis ini yaitu tanggapan. Mari kita bahas dengan santai, tanpa perdebatan. :)
Awal Mula
Kontroversi, kira-kira begitulah awal mula saya berusaha mencari dan mengumpulkan beberapa kutipan berita tentang si “biru” terbang ini. Saya sudah dapat memrediksi bahwa pengadaan pesawat kepresidenan RI ini akan menimbulkan beda pendapat antara yang setuju dengan yang tidak. Mungkin memang begitu adanya, kita tertarik untuk mengomentari dan menempatkan diri kita untuk sesuatu yang berhubungan dengan pergerakan negara ini, atau karena ada anggapan “uang itu sensitif, apalagi jumlahnya besar”. Mari kita mulai.
1.Rencana Pembelian dan Tujuan Menghemat
Pesawat kepresidenan telah direncanakan untuk dibeli jauh-jauh hari. Pesawat RI 1 berjenis Boeing Bussiness Jet 2 Green Aircraft itu dibeli Indonesia seharga US$91,2 juta atau sekitar Rp820 miliar, dengan rincian: US$58,6 juta untuk badan pesawat, US$27 juta untuk interior kabin, US$4,5 juta untuk sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi. Namun, jalan panjang sebelum pembelian pun ada, mulai dari perencanaan panjang di tahun 2012 hingga tahap pelunasan sekitar tahun 2013.
Mulai dari ketidaksetujuan LSM, hingga rencana pembatalan pun sempat berhembus, namun pesawat ini tetap dibeli dengan menggunakan APBN.
Tentu pembelian pesawat ini ada alasannya, yang paling vokal adalah untuk tujuan menghemat. Selama ini perjalanan Presiden di udara menggunakan jasa Garuda Indonesia (menyewa) dengan sistim pembayaran setahun. Berita terakhir dari Detik.com, Mensesneg Sudi Silalahi menyatakan perjalanan dinas presiden dengan pesawat kepresidenan ini dapat menghemat sekitar Rp 114,2 M/tahun.
Detail anggaran yang dihabiskan tidak berani dibuka baik oleh Mensesneg, atau Dirut Garuda IndonesiaEmirsyah Satar. Belakangan, ada berita bahwa Garuda merugi bila Presiden tidak lagi menyewa pesawat Garuda.
Berikut kutipan: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/287241-presiden-tak-sewa-pesawat--garuda-merugi
Emirsyah mengakui, jika pemerintah tidak lagi menyewa pesawat kepresidenan ke Garuda, akan berpengaruh pada pendapatan perseroan. Namun, ia menegaskan pengaruhnya dinilai kecil jika dibandingkan pendapatan yang diterima perseroan per tahunnya. "Tapi pengaruhnya ada, pesawat yang harusnya kita bisa sewa, ya tidak disewa lagi, ya pasti berpengaruh," ujarnya. Ketika ditanya apakah sewa pesawat kepresidenan mencapai US$200 juta pertahun, Emirsyah tidak menyangkal dan mengiyakan. Dia hanya mengatakan bahwa sistem penyewaan itu murni berbentuk bisnis semata.
Jadi, pembelian pesawat ini dianggap lebih menghemat ketimbang menyewa dari pihak Garuda.
2.Soal Warna Badan Pesawat, Parpol, KTP, dan Keamanan
Kita santai sedikit dengan hal yang cukup ringan, manakala pesawat ini tiba di Halim Perdanakusuma, berbagai media ramai memberitakan tanpa terkecuali media online. Banyak yang memberitakan mulai dari fasilitas yang (katanya) mewah, hingga ke warna. Ya, warna pesawat kepresidenan RI adalah biru muda dengan potongan putih. Tidak sedikit yang menyamainya dengan “Air Force One” milik AS, tidak sedikit juga yang mengatakan pesawat ini mirip KTP Indonesia. Parahnya, ada saja commenter yang menghubung-hubungkan (menkonotasikan) warna pesawat ini dengan parpol milik Susilo Bambang Yudhoyono yang jelas-jelas warnanya berbeda.
Untuk masalah warna, Mensesneg, Sudi Silalahi memiliki jawabannya tersendiri:
Mensesneg Sudi Silalahi mengatakan, warna tersebut bukan ditentukan oleh Presiden SBY namun ada pertimbangan khusus dari desainer. "Memang kenapa apa ada masalah dengan warna? Lagipula warna ini bukan pilihan Presiden untuk menentukan, kenapa biru, di sini ada desainer juga," kata Sudi usai upacara serah terima pesawat di Halim Perdanakusumah, Jaktim, Kamis (10/4/2014). Menurut Sudi, faktor keamanan jadi salah isu yang mendasari pemilihan warna tersebut. "Warna biru di dalam arti security penerbangan. Warna biru bisa berkamuflase sehingga bisa sama dengan warna langit," ungkapnya. Sejak awal, ada 14 alternatif warna yang diajukan pada pemerintah. Setelah dilakukan polling ke beberapa pejabat terkait, akhirnya dipilihlah desain tersebut.
Sebelumnya banyak orang-orang yang sudah menebak mengenai warna dari pesawat kepresidenan ini. Salah satunya gambar berikut:
[caption id="attachment_331394" align="alignnone" width="663" caption="Desain Pesawat Oleh Seorang Netter (http://fc01.deviantart.net/fs70/i/2011/299/e/f/indonesian_air_force_one_by_tommyirianto-d4e2llv.png)"]
Jelas sekali bahwa identitas yang ingin ditonjolkan adalah merah dan putih sebagai identitas warna. Apapun itu, pasti ada alasan dibalik pemilihan warna biru langit tersebut.
3.Akan Dipakai Jokowi
Seru, karena beberapa netter sekaligus commenter di berbagai media pada berita pesawat kepresidenan ini sudah seperti peramal yang mengatakan bahwa pesawat ini nanti akan dipakai oleh Jokowi. Terlebih hobi Jokowi yang sangat suka blusukan, maka pesawat ini akan membantu. Begitu ‘klaim’nya, menarik karena beberapa orang sudah sangat yakin bahwa Jokowi akan menjadi presiden dan mengesampingkan anggapan “Politik itu tidak bisa diprediksi” sekaligus seakan mendahului kehendak Yang Kuasa. Mari kita sikapi dengan bijak.
Tambahan: menyangkut poin soal warna, ada juga yang mengatakan di salah satu forum, “Jika Jokowi jadi presiden, kelak pesawat ini akan berubah menjadi merah”. Ada tanggapan? :)
4.Tambahan Rasa Percaya Diri Indonesia
Masih berasal dari anggapan beberapa commenter di berita khusus ini, ada yang mengatakan Indonesia adalah negara besar (benar), dan dengan adanya pesawat ini Indonesia akan semakin dipandang oleh negara lain, karena presiden akan ‘membawa’ pesawat ini ke kunjungan kenegaraannya.
Namun mari kita lihat, kalau anggapannya seperti ini, bukankah ini jadi dua sisi mata uang. Jika memang Indonesia adalah benar-benar negara besar, tanpa pesawat pun kita sudah pasti dipandang di mata internasional. Betul? Toh, pesawat kepresidenan hanya sebagai simbol, yang menjadikan negara ini besar kan karena kita sendiri sebagai masyarakatnya. :)
5.BOEING: Beli Lagi Satu!
Menarik ketika saya membaca salah satu berita dari situs Antara: http://www.antaranews.com/berita/428730/boeing-imbau-pemerintah-beli-lagi-pesawat-kepresidenan
Kutipannya adalah sebagai berikut:
Menurut Ralph Boyce, pesawat baru dari Boeing itu merupakan sarana transportasi yang menakjubkan untuk menghubungkan presiden dengan konstituennya di berbagai tempat.
Ya sudah barang tentu, ini adalah kata-kata promosi juga, karena kasarnya, Boeing adalah penjual dan kita pembeli. Promosi dilakukan agar kita memiliki pesawat kepresidenan lagi. Tapi saya rasa belum saatnya lagi, mengingat satu saja pesawat kepresidenan kita beli, tanggapannya sudah sangat banyak apalagi dua atau bahkan tiga?
Sedikit memberi info: Air Force One AS untuk presidennya disiapkan dua buah pesawat, satu untuk digunakan satu lagi untuk cadangan. Belum untuk Wapresnya.
6.Interior: Antara Fungsi dan Sudut Pandang Kemewahan
Namanya barang ‘baru’ ya pasti menarik untuk dilihat dari berbagai sisi, terlebih ini adalah barang mahal. Banyak yang bilang, pesawat dengan fitur keamanan tinggi ini memiliki interior yang me(wah). Namun, mari kita lihat dari segi fungsinya juga, namanya juga pesawat kepresidenan, ya tentu apapun yang berada di dalam pesawat tersebut digunakan untuk mendukung kinerja presiden (seperti ruang rapat, dan meja kerja).
Cerita lagi datang dari Air Force One Amerika (maaf membandingkan dengan AS, karena kita harus terbuka bahwa kiblat pesawat kepresidenan ada di AS sana kan?), pesawat itu adalah ‘kantor terbang’nya presiden AS, jadi bukan sembarang kendaraan saja, presiden AS bisa membuat keputusan dan menurunkan perintah langsung dari atas pesawat. Bahkan Pesawat Boeing 747-200B berkelir biru muda itu disebut “The Flying White House” karena saking pentingnya pesawat itu untuk kinerja presiden.
Sekian.
Sekali lagi, itulah beberapa tanggapan-tanggapan yang saya saring dan ubah menjadi tulisan ini. Berawal dari antusias saya mengikuti berita kepemilikan pesawat kepresidenan oleh Indonesia saya pun tertarik mengikuti perkembangannya hingga kini.
Permohonan maaf saya apabila ada informasi yang salah dan ditulis disini, bukan semata-mata karena sengaja, tapi karena saya hanya berusaha belajar mengomentari sesuatu dari sudut pandang biasa.
Intinya, apapun pendapat Anda, setuju atau tidak dengan hadirnya pesawat ini, semua kembali kepada pendapat pribadi Anda, kita sebagai masyarakat Indonesia hanya berdoa mudah-mudahan hadirnya pesawat ini membawa dampak baik bagi kinerja Presiden RI untuk kemajuan bangsa juga kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H