Aku pernah menulis sepenggal puisi tentang luka, harapan dan cinta, isinya seperti ini:
............................
Kita bisa melihat langit berubah senja
Kita bisa mendengarkan para Pertapa membaca weda
Tapi kita tak pernah tahu seberapa sakitnya luka
Seberapa besarnya harapan
Dan seberapa kuatnya cinta bertahan
..........................
Puisi ini memang tidak hadir di novel terbaruku ini (sebab akan muncul di novel berikutnya yang sedang aku kerjakan), akan tetapi demikianlah cinta adanya, tak ada yang bisa mengukur kedalamannya, kekuatannya dan kesetiaannya. Hari ini kita bisa bertahan, namun besok belum tentu demikian. Hanya satu cara agar kita tahu bahwa kita bisa bertahan, yaitu dengan cara membuktikannya. Hal inilah yang akan aku ungkapkan di dalam novel terbaruku ini.
_
Sinopsis :
Kami bersahabat, aku, Irma, dan Karer. Aku merasa ‘cinta’ mengacaukan segalanya, karena sesuangguhnya aku tidak bisa mengartikan cinta yang sebenarnya. Sebuah perasaan yang hanya mampu dipendam. Aku mengira perasaan itu hanyalah perasaan antar-sahabat dekat. Tapi rasa cemburu menyakiti hatiku, membuat keadaan menjadi keruh diantara kami bertiga. Kami harus berpisah, tapi rasaku masih tetap sama kepadanya.
Tapi tahukah kalian, tuhan itu tidak bisa ditebak?. Ada banyak cerita yang dinyatakan berakhir, walau pada nyatanya selalu ada cerita baru setelah itu..
_
Jika kalian berpikir bahwa novel ini akan terlihat biasa saja secara garis besar ceritanya, berarti kalian sudah melewatkan sebuah novel cinta yang ditulis dengan gaya novel misteri. Mengapa saya berani berkata seperti itu, maka silahkan saja baca, kalian akan tahu seperti apa gaya penulisan dalam novel ini bertutur. Dan saya yakin hingga akhir cerita pun kalian akan terkejut. Jika tertarik dengan novel ini, kalian sudah bisa membelinya di toko buku dikota anda.
-Terima Kasih-
Gambar : Milik Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H