Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr
Loganue Saputra Jr Mohon Tunggu... pegawai negeri -

"Seri Langit Terbelah Dua merupakan efik cerita awal kehidupan manusia di dunia, berawal dari pengusiran dari Surga hingga kepada perang besar yang membawa dunia menuju kiamat"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] The Normal Heart : Kaum Gay yang Sekarat

4 Juni 2014   04:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Mantello dan Mark Ruffalo

Minggu malam lalu seperti biasa saya menunggu lanjutan dari seri Game of Thrones (GOT) yang sudah memasuki season 4, memang GOT biasanya tayang setiap minggu malam di HBO tapi entah kenapa kok malah gak tayang?, setelah saya cek jadwal ternyata emang gak ada, jadwalnya diundur minggu depan, kenapa? Saya jadi bingung hehehe

Karena film yang ditunggu ternyata gak ada maka niat nonton jadi luntur, biasanya kalau udah gini mending nyalain Playstation buat membunuh waktu hehehe, tapi entah kenapa ketika melihat satu judul film yang menggantikan jam tayang GOT, saya malah gak jadi main game, film itu berjudul The Normal Heart. Gak tau ini film apa, gak pernah dengar tentang film ini, karena saya cepat penasaran saya pun mulai cari info tentang film ini, dilihat di situs IMDb ternyata jajaran pemain yang mengisi film ini hampir semuanya saya kenal, wah kok bisa saya gak tau film ini?. Dan setelah saya baca sedikit infonya ternyata film ini memang bukan film bioskop melainkan TV Movie yang dibuat HBO buat tayang di HBO.

Daripada nonton senetron Indonesia yang gak jelas, mending nonton film ini, gak ada kok adegan manusia jadi serigala kaku kayak robot seperti film Ganteng-ganteng Sering gila eh Serigala maksut saya hehehe, dan gak ada juga adegan orang jualan bubur terus naik haji hehehe, pokoknya film ini masuk ke daftar film bagus yang wajib kalian tonton, kenapa demikian, okey langsung saja saya jelaskan.

#

[caption id="" align="alignnone" width="624" caption="Joe Mantello dan Mark Ruffalo"]

Joe Mantello dan Mark Ruffalo
Joe Mantello dan Mark Ruffalo
[/caption]

Film ini di sutradarai oleh Ryan Murphy yang dulu pernah menyutradari film American Horror Story dan Glee yang sangat terkenal. Sedangkan untuk kursi penulis, diduduki oleh Larry Kramer, yang pada tahun 2012 lalu ikut terlibat dalam film dokumenter berjudul How to Survive a Plague yang juga bertema tentang HIV/AIDS seperti film The Normal Heart ini.

The Normal Heart bercerita tentang perjuangan para aktivisHIV/AIDS pada era 80-an. Film dibuka dengan sosok Alexander Ned Week (Mark Ruffalo)—seorang gay—yang kala itu sedang pergi ke Long Island untuk menghadiri perayaan ulang tahuntemannya; Craig Donner (Jonathan Groff). Perayaan ulang tahun yang berjalan meriah itu juga dihadiri oleh banyak para gay yang tidak lain merupakan sahabat-sahabat lama Ned sendiri.

Saat teman-teman Ned berpesta, dia sendiri termenung dengan sebuah pemikiran yang terus menghantui kepalanya, apalagi ketika Craig mengalami pusing di pantai waktu itu. Firasat Ned tentang ada sesuatu yang tidak beres pun semakin menjadi ketika tanpa sengaja dia membaca sebuah artikel tentang penyakit kanker yang akhir-akhir itu menyerang banyak kaum homoseksual.

Mungkin rasa takut lah yang pada akhirnya membawa Ned menemui Dr. Emma Brookner (Julia Roberts) yang merupakan dokter yang banyak menangani kasus kanker tadi. Dari sinilah Ned memulai misinya untuk membawa kasus ini ke forum yang lebih besar agar masyarakat dan pemerintah memberikan perhatian kusus pada bahaya yang kemungkinan besar akan membawa dampak mengerikan.

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Julia Roberts tampil memukau"]

Julia Roberts tampil memukau
Julia Roberts tampil memukau
[/caption]

Namun hal itu ternyata tidak semudah yang dibayangkan, apalagi para pengidap penyakit ini kebanyakan adalah kaum gay, sampai-sampai istilah untuk penyakit ini disebut juga dengan “kanker gay”. Baik pemerintah atau pun masyarakat menganggap kaum gay sebagai kaum hina dan tak bisa diterima karena menyalahi kodrat manusia pada umumnya, oleh sebab itu sangat sulit bagi mereka untuk memperjuangkan agar pemerintah lebih memerhatikan penyakit yang akhirnya dikenal dengan nama HIV/AIDS.

Banyak hal yang membuat film ini sulit untuk dilupakan, sebab selain tentang HIV/AIDS film ini juga bercerita tentang perjuangan hidup para gay yang yang sangat ditolah oleh lingkungan dan keluarga, belum lagi kisah cinta yang dihadirkan membawa rasa simpati besar bagi para penonton untuk memahami perasaan seorang gay.

Lewat film ini saya rasa tertampar oleh fakta bahwa kita seringkali menghakimi seseorang hanya karena dia seorang gay, padahal pada umunya mereka juga memiliki perasaan yang sama dalam dan rapuhnya seperti kita, mereka juga punya hak untuk memilih dan menjalani cinta yang mereka inginkan. Hingga diakhir film saya benar-benar tercengang dengan cerita yang begitu dalam dan menyentuh hati, bahwa pada kenyataannya cinta sejati pun tak akan bisa menghalangi kematian namun lewat cinta sejatilah perjuangan hidup tidak akan pernah berakhir untuk diperjuangkan.

“you can’t stop fighting for the ones you love”

#

[caption id="" align="aligncenter" width="537" caption="Gak nyangka seemosional ini"]

Gak nyangka seemosional ini
Gak nyangka seemosional ini
[/caption]

Aktingpara pemeran tokoh dalam film ini sangatlah luar biasa, apalagi aktingMark Ruffalo yang sangat cerdas dengan penampilan yang benar-benar gay, gaya dia berjalan, gaya bicara, gaya bertingkah laku terlihat sangat gay, sampai-sampai sempat terbesit di dalam pikiran saya “apa si Mark ini emang gay?” hehehe. Begitu juga dengan Julia Roberts yang tampil sangat prima sebagai seorang dokter cacat akibat polio yang kelam dan misterius, sempat ada adegan—tanpa bicara—yang tersirat bahwa sebenarnya Dr. Emma Brookner menyimpan perasaan pada Ned (ah, mungkin cuman perasaan saya saja! hehehe). Ditambah lagi jajaran aktor lainnya yang tampil luar biasa seperti Matt Bomer yang rela menurunkan berat badanya dengan sangat ekstrim, Joe Mantello dan Taylor Kitsch dengan penuh emosi menarik simpati penonton.

Secara keseluruhan film ini begitu luar biasa, anda akan disajikan oleh kisah perjuangan, rasa sakit kehilangan, cinta yang dalam dan yang paling penting adalah krisis hidup kaum gay yang berdampak besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Saya mulai berpikir kapan TV Indonesia membuat film berkualitas seperti ini. Ah, orang-orang kan sukanya senetron gak jelas itu (mulai pesimis)..........

Sumber gambar IMDb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun