Jadi Santri memiliki banyak nilai filosofi jika dilihat dari segi bahasa.Â
Kebanyakan orang jika mendengar kata Santri pasti yang terbenak dalam pikiran mereka hanyalah mengaji, mengabdi, dll. Namun definisi santri yang sebenarnya tidak hanya mengaji dan mengabdi saja, santri juga mempelajari ilmu umum, seperti sekolah formal, mengikuti ekstrakulikuler di sekolah, dan masih banyak kegiatan luar yang juga dipelajari oleh santri.
Santri yang ada di pondok pesantren tidak hanya dari satu daerah saja, melainkan dari bebagai daerah yang ada di Indonesia, bahkan ada juga santri yang dari luar negeri. Pondok pesanteren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional yang para santrinya tinggal bersama dan belajar bersama dibawah naungan pengasuh yang biasa disebut Kyai dan Ibu Nyai. Para santri tinggal di Asrama yang juga telah disediakan masjid sebagai tempat beribadah mereka. Di Pondok Pesantren juga disediakan tempat belajar untuk para santri dan juga tempat kegiatan keagamaan lainnya.
Peran para ulama' dan santri dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia ini sangatlah besar, mereka rela meninggalkan keluarga, menghabiskan seluruh harta, jiwa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka juga telah memberikan sumbangsi yang sangat besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia yang begitu panjang ini, dan nama mereka tercatat dengan tinta emas sebagai Syuhada'. Bumi Indonesia ini telah dibanjiri oleh darah keringat dan air mata pera pejuang bangsa, dan kita sebagai penerus bangsa harus menjaga perjuangannya sebagai penghormatan kita kepada para ulama' dan para pejuang bangsa yang lain.
Selain itu, ada juga peristiwa perebutan senjata tentara Jepang pada 23 September 1945 yang pada akhirnya membawa Presiden Soekarno berkonsultasi kepada KH Hasyim Asy'ari, yang mempunyai pengaruh di hadapan para ulama'. Presiden Soekarno melalui utusannya bertanya tentang hukum mempertahankan kemerdekaan. Kemudian KH Hasyim Asy'ari  menjawab dengan tegas bahwa ummat Islam perlu melakukan pembelaan terhadap Tanah Air dari ancaman asing.
Pada tanggal 17 September 1945, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad untuk melawan para penjajah. Pengaruh resolusi jihad sangat meluas hingga menggerakkan para santri ke Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ditambah dengan semangat dari Bung Tomo, seningga terjadi peristiwa 10 November yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Perumusan fatwa "Revolusi Jihad" ini dipimpin langsung oleh KH Hasyim Asy'ari tepat pada tanggal 22 Oktober 1945 lalu yang juga diikuti oleh para ulama' se-Jawa Timur dan Madura di kantor Pengurus Besar NU (Nahdhatul Ulama') di Bubutan Surabaya. Fatwa yang telah ditetapkan ini berisi kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan pasukan kolonial yang masih ada di Indonesia.
Resolusi jihad ini memang telah disepakati, tetapu sengaja tidak disiarkan melalui radio atau surat kabar atas dasar pertimbangan polotik. Keputusan ini hanya disebarkan melalui Masjid, Musholla, bahkan dari mulut ke mulut. Resolusi ini baru dismpaikan oleh pemerintah melalui surat kabar Kedaulatan Rakyat pada tanggal 26 Oktober 1945. Â
Adapun peristiwa yang mendasari Resolusi Jihad ini adalah karena pihak Belanda yang masih berusaha memprovokasi bangsa Indonesia. Fatwa Resolusi Jihad ini menjadi dasar penetapan Hari Santri.Â
Hari Santri ini ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015. Sejak saat itu Hari Santri Nasional (HSN) rutin diperingati setiap tanggal 22 OKtober. Pada tahun 2021 kemarin, Kementrian Agama menetapkan tema Hari Santri 2021 yaitu Santri Siaga Jiwa Raga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H