Tugas utama sejarawan adalah rekonstruksi peristiwa masa lampau bukan meramalkan sejarah. Sedangkan yang terkait ramalam hanyalah ramalan cuaca, prediksi bisnis, dan ramalan statistika. Sejarah memiliki generalisasi, analogi sejarah (sejarah perbandingan dan paralelisme), dan evolusi sejarah. Sejarah tidak memiliki fakta yang berkaitan dengan masa depan sehingga harus berhati-hati jika membicarakan tentang masa depan, oleh karena itu pengertian dari ramalan sejarah adalah ekstrapolasi atau perkiraan yang berdasarkan historical trend.
Ada beberapa bentuk ramalan, yaitu ramalan mikro, ramalan makro, ramalan jangka pendek, ramalan jangka menengah, dan ramalan jangka panjang. Ramalan mikro dan ramalan jangka pendek adalah hak dari praktisi. Dan ramalan jangka menengah adalah milik hak sejarawan dan ilmu social lainnya. Lalu untuk ramalan makro dan ramalan jangka panjang adalah hak filsuf. Seperti halnya ilmu social lain, ekstrapolasi sejarah penuh dengan ketidakpastian dan banyak hal yang haru diperhitungkan seperti perubahan social, perubahan ekonomi, perubahan politik, peristiwa yang berubah, dan perubahan kejiwaan pelaku sejarah dan semua aspek tersebut mempengaruhi masa depan.
- Masa Depan Indonesia
Tidak ada konsistensinya Indonesia di masa depan dikarnakan Indonesia masih dalam masa peralihan dari masyarakat agraris, industrial, dan pasca industrial. Politik Indonesia bisa mencontoh amerika, perdagangan mencontoh hongkong, dan agrobisnis mengikuti perkembangan Thailand. Perkembangan politik tidak bisa bersama-sama dengan perkembangan masyarakat sehingga sangat susah untuk mengikuti satu model.
- Politik
History of the future itu tidak lebih dari antisipasi dan bukanlah sebuah pengetahuan. Berkenaan dengan tren politik Indonesia, misalkan sejarawan mengambil model amerika atau eropa, dan di eropa tradisi masih dihormati. Jikalau kita mengambil model eropa harus siap terhadap multipartai dan beberapa partai yang berdasarkan agama, karna di eropa kerajaan dan agama masih mendapatkan tempat. Di Indonesia sendiri sejak tahun 1985-1998 partai yang berdasarkan agama dihapuskan. Terkait dengan model amerika politiknya lebih rasional dan ini berarti adanya rule of law dan politik berdasarkan kelas. Ciri-ciri dari politik amerika ialah rasional dan demokratis, rasional ialah kepentingan politik yang mementingkan kepentingan ekonomi sehingga politik ditentukan oleh kepentingan kelas. Seperti halnya pemungutan pajak yang murah bagi pengusaha dan industri, para pengusaha akan mendukung partai yang memotong pajak dengan murah dan alasannya rasional pajak murah industri dan usaha akan tumbuh subur. Politik amerika juga bersifat demokratis, para pengusaha tidak bisa mendukung secara langsung terhadap salah satu partai dan sudah ada peraturannya ada rule of law yang mengikat pemberian suatu sumbangan untuk pemilihan umum. Jikalau masa depan politik Indonesia bia bersifat rasional dan demokratis dpat dipastikan pemilihan umum akan semakin luberjurdil dan pernanan swasta akan diakui walaupun masih bergantung kepada birokrasi.
- Masyarakat
Di masa depan Indonesia akan terbagi menjadi kelas-kelas dan diatur sepenuhnya oleh contractual, contohnya gotong royong dan sambatan akan digantikan oleh orang yang dibayar. Gotong royong jaga ronda di malam hari akan digantikan oleh polisi. Hubungan constractual itu berlaku juga di perkotaan dan pedesaan. Cirri pertama masyarakat modern adalah munculnya kelas dan perbedaan itu bisa diterimah dengan mudah karna di masyrakat tradisional sendiri perbedaan itu hal yang lumrah hanya saja perbedaan itu hanya status sedangkan sekarang berdasarkan kelas. Masyarakat Indonesia masih jauh dari cirri-ciri masyarakat modern yatu masyarakat constractual dan ekonomis.
- Agama
Yang akan terjadi di masa depan terutama agama akan semakin individual. Pada abad ke 19 di amerika terjadi kemiripan dengan Indonesia di masa sekarang, dimana pada abad ke 19 di amerika banyak terjadi pertentangan antara agama yang berorientasi social dan ritualisme (social gospel) dengan agama yang bersifat kesalehan individu pietisme. Jika ada kecenderungan pietisme bukan tidak mungkin ada dua hal yang akan terjadi, yaitu kemajuan dan kemunduran. Kemajuan akan membuat agama akan semakin kuat dan kemunduran membuat agama tidak lagi efektif.
Sekularisasi terjadi pada masyarakat modern, sekularisasi ada dua macam, yaitu sekularisasi objektif dan sekularisasi subyektif. Objektif terlepasnya agama dari sosial dan lembaganya seperti ekonomi. Ini terjadi jika ekonomi tidak menerapkan agama pada dasarnya seperti larangan riba. Subyektif, ini terjadi terkait dengan individunya seperti didalam politik naik atau turunnya pejabat tidak ada sangkut pautnya dengan baik-buruknya.
- Budaya
Ada dua gejala modern didalam budaya, yaitu positivism dan teknologis. Positivme dimulai oleh auguste comte pada abad 19 di eropa. Comete berpendapat bahwa kesadaran manusia berkembang dengan tiga tingkatan, yaitu teologis, metafisis, dan positif dan kesadaran yang paling tinggi adalah postivisme. Dan pemikiran itu dikembangkan lagi oleh van peursen dalam buku strategi kebudayaan. Comte dan van peursen merujuk pada ilmu sebagai tolak ukur.
Budaya teknologis akan berkembang jika para teknisi mempunyai otoritas, ciri-cirinya adalah munculnya kesadaran teknis di masyarakat. Di Indonesia kesadaran teknis muncul ketika terjadinya isu lima hari kerja dan menimbulkan dua pemiiran yaitu pemikiran teknis dan pemikiran humanis. Pemikiran teknis berpikir itu hanyalah masalah teknis semata sedangkan pemikiran humanis berpikir tentang ekonomi, social, dan agama.
Sekian penjelasan tentang ramalan sejarah karna sesunguhnya sejarawan hanya mengetahui sebagian di masa lalu dan hanya memprediksi di masa depan tanpa mengetahui apa yang benar akan terjadi dan hanya tuhan lah yang mengetahui semua baik di masa lalu maupun masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H