Akhir-akhir ini geliat Pemilu sudah terasa, ah bahkan mungkin sudah terasa sejak jauh-jauh hari. Tapi yang menarik adalah geliat Pemilu yang dirasakan oleh pemilih pemula, seperti saya. Ya, mahasiswa dan siswa SMA tentu sangat antusias karena ini adalah pengalaman pertama mereka menggunakan hak politiknya untuk secara langsung memilih calon-calon wakil mereka. Tak terkecuali di kampus saya, di Surabaya. Geliat Pemilu sudah terasa. Bagi mahasiswa seperti saya, kegiatan seperti coblos mencoblos mungkin tidak asing, karena toh hampir tiap tahun mereka biasanya mencoblos Presiden BEM dalam Pemilu Raya Mahasiswa, bahkan di UGM Pemilu Raya mereka sudah hampir mirip banget seperti Pemilu di Republik ini. Tapi tetap saja yang namanya mencoblos Pemilu 2014 untuk yang pertama kali itu memang sayang jika dilewatkan. Pemilu yang digelar 9 April nanti, agaknya tidak bisa mahasiswa ikuti. Kenapa? Kebanyakan teman-teman saya ber KTP diluar Surabaya, mustahil untuk pulang kampung sehari saja dmei mencoblos, apalagi pas di Hari Rabu, kamis harus masuk kuliah lagi, mustahil dan seperti sia-sia jika harus pulang kampung, apalagi jika kampungnya jauh di luar pulau. Namun agaknya permasalahan tersebut sepertinya telah dicarikan solusinya. Beberapa hari terakhir, muncul selebaran yang bisa diisi jika ingin pindah tempat nyoblos. Edaran yang diakomodir oleh BEM Fakultas ini langsung mendapat respon yang cepat dari teman-teman saya yang ber KTP Jakarta, Jawa Barat, atau Jawa Tengah, bahkan teman saya yang dari Mataram. Pertamanya, saya bingung, teman-teman saya berKTP luar Surabaya, pindah nyoblos di Surabaya. Mereka nanti Pileg milih dapil sesuai KTPnya atau memilih dapil Surabaya. Ah tapi pikiran itu segera hilang dibenak saya, karena toh mereka, teman-teman saya memang ingin sekali menggunakan hak untuk memilih yang pertama kalinya. Usut punya usut, edaran dari BEM Fakultas ini juga telah diakomodir oleh pihak KPUD, teman-teman saya langsung antusias, mereka mendaftar ke BEM Fakultas dengan melampirkan Fotocopy KTP dan Kartu Mahasiswa. Sehari berikutnya, teman saya yang merupakan anggota BLM membuat status seperti ini dijejaring sosial. Saya pun langsung ingin mengkomentari status tersebut, karena saya masih berfikir postif saat itu. Perbincangan pun cukup hangat disana, tapi pada akhirnya seperti yang pertama terlintas dipikiran saya sewaktu mengetahui ada selebaran dari BEM Fakultas, nanti teman saya yang ber KTP jakarta nyoblos pileg dapil Surabaya/Jakarta ya? Saya pun penasaran dengan cara KPU dalam mengakomodir pemilih mahasiswa yang tinggal di tempat kost yang tidak sesuai dengan KTP nya tapi ingin tetap memilih di Pileg nanti. Saya pun mencoba tanya lewat twitter :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H